utama

Kultum Kuliah untuk Melawan : Mahasiswa UI Menolak Politik Dinasti dan Putusan MK

Rabu, 8 November 2023 | 12:00 WIB
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) menggelar Kultum bertajuk Kuliah Kebangsaan Kuliah untuk Melawan: Pengkhianatan Konstitusi oleh Dinasti dalam rangka menyikapi putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dan politik dinasti, di Lapangan Rotunda UI, Selasa (7/11). (Radar Depok)

RADARDEPOK.COM - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) menggelar Kultum bertajuk Kuliah Kebangsaan Kuliah untuk Melawan: Pengkhianatan Konstitusi oleh Dinasti dalam rangka menyikapi putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dan politik dinasti, di Lapangan Rotunda UI, Selasa (7/11).

Sejumlah tokoh publik seperti Akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung, Aktivis dan pejuang HAM Haris Azhar, Pakar Ekonomi Faisal Basri, serta Akademisi dan Peneliti Hukum tata negara Bvitri Susanti menjadi pembicara dalam Kultum Kebangsaan ini.

Baca Juga: Membanggakan! Kantor Imigrasi Depok Raih Penghargaan Pelayanan Publik Berbasis HAM

Ketua BEM UI, Melki Sedeq Huang, mengatakan acara kultum ini bertujuan untuk menyuarakan genereasi anak muda terhadap situasi politik dan hukum yang hari terjadi hari ini, hingga terbitnya putusan MK tentang batas usia minimal capres cawapres sebagai latar belakang

"Kultum Kebangsaan bukan merupakan kuliah tujuh menit, tapi kuliah untuk melawan. Kultum ini kami selenggarakan dengan tujuan, ya ini adalah suara generasi muda tentang apa yang terjadi di MK hari ini dan juga politik dinasti," kata Melki Sedeq Huang.

Baca Juga: CBR250RR Produksi AHM Tak Terbendung Terbukti Jadi Jawara Asia di ARRC 2023

Melki Sedeq Huang menegaskan, tidak semua orang lahir dari kaum berprevilage, bahkan sering kali dalam berkontestasi apapun dan tidak hanya dalam kontestasi politik, ada kondisi orang-orang yang tidak berprevilage melawan orang-orang yang berprevilage.

"Dan bagaimana cara negara ini mengatur atau menjaga agar orang-orang yang tidak diuntungkan dalam sebuah kondisi, mampu bersaing secara adil dan setara dengan orang-orang yang punya berbagai keuntungan, jawabannya adalah hukum dan konstitusi," tegas Melki Sedeq Huang.

Baca Juga: 10 Bulan Disdukcapil Cetak 148.829 e-KTP, Ribuan Pelajar Sudah Direkam

Melki Sedeq Huang menuturkan, politik dinasti memang sudah ada sejak zaman kerajaan, namun politik dinasti yang terjadi saat ini telah berbeda.

"Dulu seorang anak raja kalo mau jadi raja harus mengembara, memasuk hutan, bertapa, untuk mengais banyak pengetahuan baru kemudian dia kuat secara mental, pengetahuan untuk menjadi pemimpin. Saat ini tinggal masuk ke sebuah organisasi politik dua hari kemudian menjadi ketua," tutur Melki Sedeq Huang.

Baca Juga: Depok Kekurangan 480 Guru Agama Islam, Terpaksa Pakai Jebolan Pesantren

Melki Sedeq Huang juga mengatakan, mahasiswa butuh pemimpin muda, ada pemimpin muda dengan gagasan atau ide ide segar untuk memimpin Indonesia.

"Apa gunanya punya pemimpin muda kalau pemimpin usia muda tersebut mengacaukan konstitusi, apa gunanya punya pemimpin muda kalau ide dan gagasannya tua, nepotisme, kolusi," terang Melki Sedeq Huang.

Baca Juga: Banjir dan Longsor di Depok Sebanyak 21 Titik, Ini Dia Lokasinya

Halaman:

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB