"Untuk Kota Depok, kemungkinan besar Partai Golkar masih bisa bertambah dua sampai tiga kursi, apabila ditotal jadi tujuh hingga delapan kursi di DPRD Kota Depok," beber Tajudin Tabri.
Lebih lanjut, kata Tajudin Tabri, perolehan suara yang berhasil diraih DPD Partai Golkar Kota Depok itu tidak terlepas dari peran serta simpatisan, kader hingga 55 saksi internal yang tersebar di 11 kecamatan.
Baca Juga: Tetap Waspada, Depok Diguyur Hujan Hingga Ramadan
"Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh simpatisan, kader dan 55 saksi di 11 kecamatan yang telah bekerja keras untuk meraih hasil ini. Semoga, Partai Golkar dapat amanah dalam mengemban kepercayaan dari masyarakat ini," beber Tajudin Tabri.
Sementara itu, Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Studi Vinus, Yusfitriadi mengungkapkan, fenomena perolehan suara partai di Kota Depok itu sudah diprediski jauh-jauh hari. Menurut dia, konstituen PKS yang mendukung pasangan Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019, belum berpindah ke lain hati.
Sehingga, jelas Yusfitriadi, pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka yang diusung Partai Gerindra memperoleh suara lebih besar daripada pasangan Anies Baswedan - Iskandar Muhaimin yang diusung PKS. Namun, PKS tetap merajai perolehan suara partai di Kota Depok mengalahkan partai besar lainnya, termasuk Partai Gerindra.
"Sejak awal memang kondisi itu sudah prediksi. Di mana masih banyak konstituen PKS yang belum bisa berpidah ke lain hati. Konstituen PKS pada 2019 mendukung Prabowo pada Pemilu 2024 pun tetap mendukung Prabowo," jelas Yusfitriadi kepada Radar Depok, Selasa (20/2).
Baca Juga: Tiket Masuknya cuma Rp5 Ribu, Tempat Wisata ini Bikin Healing Makin Betah dan Enggak Mau Pulang
Menurut Yusfitriadi, minimnya instruksi dari pimpinan pusat partai turut membuat ketidakselarasan hasil penghitungan suara Pilpres mapun Pileg 2024 di wilayah Kota Depok.
"Tidak linier dengan intruksi partai politik. Selain itu, banyak konstituen PKS juga merasa tidak punya kepentingan untuk memilih pasangan Anies Baswedan - Iskandar Muhaimin," tutur Yusfitriadi.
Terlebih, kata Yusfitriadi, notabene kader PKS juga kecewa dengan koalisi perubahan yang justru menyandingkan Iskandar Muhaimin sebagai pasangan Anies Baswedan.
"Sebagai bentuk kekecewaan sebagian kader PKS terhadap koalisi perubahan yang mengambil Muhaimin menjadi calon wakil presiden, bukan mengambil kader PKS," ujar Yusfitriadi.
Sebaliknya, beber Yusfitriadi, pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka justru mendapatkan perolehan suara yang besar di kandang PKS. Padahal, suara Partai Gerindra yang mengusung pasangan tersebut, tidak begitu signifikan.