Minggu, 21 Desember 2025

Gerakan Anak Negeri (GAN) Susupi Kehidupan Suku Baduy Luar (3) : Tanpa Listrik, Air Bersih dan Kamar Mandi

- Kamis, 30 Juni 2022 | 08:15 WIB
BERSIAP : Masyarakat Suku Baduy Luar di Kampung Cibogo, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Banten bergotong royong membantu keluarga mempelai wanita, Santi yang akan melangsungkan pernikahan. GERARD SOEHARLY/RADAR DEPOK
BERSIAP : Masyarakat Suku Baduy Luar di Kampung Cibogo, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Banten bergotong royong membantu keluarga mempelai wanita, Santi yang akan melangsungkan pernikahan. GERARD SOEHARLY/RADAR DEPOK

RADARDEPOK.COM - Aktivitas yang ditunggu-tunggu tiba juga. Sebelum inti ijab kabul diucapkan, tim GAN sempat bermalam di rumah dengan luas 4x7 meter. Malam bersama Suku Baduy Luar di Kampung Cibogo, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Banten bisa dibilang kurang seru. Di sana sekira pukul 21:00 WIB, sudah sunyi.

Laporan : Gerard Soeharly, Kota Depok

Cuaca bersahabat dan sambutan alam semesta menemani setiap langkah rombongan Radar Depok dan GAN menuju permukiman  Baduy Luar di Kampung Cibogo, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidarma, Kabupaten Lebak. Tidak ada hujan disepanjang perjalanan, didepan pasang mata setiap rombongan ada seekor anjing yang bolak-balik mengintai kedatangan rombongan pada permukiman warga Baduy. Dari kejauhan, anjing itu memantau dengan tatapan yang bersahabat.

Baca Juga :  Gerakan Anak Negeri (GAN) Susupi Kehidupan Suku Baduy Luar (2) : Kental Dengan Perjodohan, Dilarang Merokok Hingga Prosesi Pertobatan

Tak lama CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu menyerahkan seserahan beras dan peralatan masakan kepada keluarga mempelai wanita yang bernama Santi, hujan deras turun. Tanah-tanah disana menjadi basah, jalan menjadi sangat licin. Rombongan berteduh di rumah wanita berusia 20 tahun itu yang berdinding anyaman kulit bambu dengan atap daun kelapa.

Di samping rumahnya tergantung daun-daun kelapa yang akan dibuat bingkisan yang berisikan beras, ikan asin dan ayam panggang. Bingkisan yang diberi nama cocongot itu nantinya akan menjadi hadiah atau makanan para tamu pada acara pernikahan Santi dan pasangannya, Agus.

Suasana disana amat sibuk. Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Luar berlalu-lalang. Tidak ada satu pun rumah yang tak beraktivitas. Hal itu sudah menjadi tradisi jika, ada yang akan melaksanakan pernikahan. Semua masyarakat gotong royong dan bahu membahu membantu.

Di sebelah rumah  itu sudah tersedia satu rumah untuk rombongan berisitirahat dan bermalam. Tidak ada alirian listrik, air bersih atau kamar mandi disana. Jika ingin buang air mesti ke sungai dengan jarak 200 meter.

https://www.youtube.com/watch?v=G4YB2gV3p1U&t=4s

Sore harinya, rombongan diajak menyaksikan proses selanjutnya. Menuruni anak tangga yang terbuat dari batu alam dengan perekat yang terbuat dari tanah, rombongan dibuat terkagum dengan suasana guyubnya. Meski, harus berhati-hati menuruni tiap anak tangga, karena jalan yang masih licin akibat diguyur hujan siang tadi.

Kepulan asap sudah menyapa, rombongan melihat sekelompok orang mengenakan totopo atau pengikat kepala, sedang bekerja dipinggir aliran sungai yang berdampingan dengan bentangan sawah. Ternyata, mereka akan membuat ayam panggang. Semuanya prosesnya mereka lakukan secara tradisional mulai dari pemotongan, pembersihan bulu, pencucian daging hingga pemanggangan. "Ini mau buat ayam panggang untuk nikahan besok," kata kakak laki-laki Santi, Jidan kepada Radar Depok, Minggu (27/6).

Malam hari tiba, rombongan yang berjumlah 12 orang itu melangsungkan makan malam bersama. Beberapa dari mereka, ada yang meminum kopi baduy dengan pemanisnya gula aren.  Ternyata, sebagian masyarakat permukiman itu belum terlelap. Setiap pasang mata mereka masih terjaga. Masing-masing tangan mereka juga asik menganyam daun kelapa dan patas untuk membungkus cocongot.

"Untuk buat tumpeng, untuk makan besok, ini persiapan acara pernikahan besok," ungkap Jidan.

Jidan menyebutkan, pernikahan itu dirangkai tiga acara yakni perkenalan, lamaran dan pengucapan janji sehidup semati. Uniknya, rata-rata masyarakat Suku Baduy menikah karena, pilihan orangtua. Bukan pilihan diri sendiri.

Sebelum rangkaian acara itu berlangsung, masing-masing dari orangtua akan meminta restu dari Kepala Suku Baduy (Puun) dengan membawa sirih, pinang dan gambir. Selanjutnya, tim berisitirahat untuk mempersiapakan diri menghadiri puncak acara pernikahan pada esok hari. Satu per satu dari mereka mulai membuka sleeping bag. Kemudian, membungkus diri masing-masing. Suhu pada malam itu mencapai 23 derajat celcius. Sekitar pukul 03:30 WIB, terdengar suara tangisan bayi yang amat kencang diiringi oleh suara jangkrik, dedaunan serta batang pohon yang bergesekan. (Bersambung)

Editor : Fahmi Akbar 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X