RADARDEPOK.COM, BEKASI – Hingga pertengahan tahun 2023, Dinas Perlindungan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bekasi mencatat kasus kekerasan seksual masih mendominasi.
Dari 39 laporan dan kasus yang ditangani terkait perempuan dan anak, ada 9 kasus mengarah ke kekerasan seksual.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Bidang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (DP3A) Kota Bekasi, Mien Aminah.
Baca Juga: Running Text Diduga Diretas, Plt Walikota Bekasi Tri Adhianto: Usut dan Proses Hukum
"Dari data yang kami miliki sementara ini kasus kekerasan seksual merupakan jumlah kasus tertinggi itu data sampai dengan bulan mei tahun ini," ungkap Mien Aminah seperti dikutip dari Radar Bekasi (grup radardepok.com).
Sebanyak 9 kasus kekerasan seksual terjadi pada anak-anak tentang usia dibawah 18 tahun, sehingga dibutuhkan proses pendampingan dan juga pemulihan.
"Sembilan kasus kekerasan seksual terjadi pada anak di rentang usia di bawah 18 tahun, jadi memang dibutuhkan proses pendampingan hukum dan juga pemulihan psikis," terangnya.
Baca Juga: Mulai Terbang, Plt Walikota Bekasi Tri Adhianto Lepas 472 Jemaah Calon Haji
Dari kasus kekerasan seksual yang terjadi kebanyakan pelakunya merupakan orang terdekat korban, yang memang sudah cukup lama dikenal oleh para korbannya.
"Sebagian besar adalah orang terdekat yang memang sudah kenal cukup lama dengan korbannya," tuturnya.
DP3A Kota Bekasi mencatat dari 39 kasus, meliputi penganiayaan sebanyak 2 kasus, kekerasan fisik 2 kasus, psikis 5 kasus, pencabulan 6 kasus, bullying 2 kasus, pelecehan seksual 9 kasus.
Kemudian penelantaran 1 kasus, kesehatan 2 kasus, persetubuhan 5 kasus, hak asuh 1 kasus, tawuran 2 kasus, pendidikan 2 kasus, dan beberapa kasus lainnya.
"Dari beberapa kasus yang ada kami lakukan beberapa pendampingan seperti pendampingan hukum, pendampingan visum, pemulihan, membangun komunikasi dan juga pendekatan pada kasus yang terjadi," ucapnya.
Pihaknya mengatakan bahwa setiap kasus yang ditangani memiliki jenis-jenis pendampingan yang berbeda.
Meski demikian, pihaknya selalu melibatkan keluarga maupun lingkungan sekitar untuk pemulihan kondisi korban.