Minggu, 21 Desember 2025

JIP Ajak ODHIV Giat Terapi Pencegahan Tuberculosis

- Jumat, 8 November 2024 | 09:45 WIB
JIP foto bersama dengan peserta sosialisasi Temu TPT - ODHIV di Puskesmas Cimanggis, Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. (MONICA REISTIE/RADAR DEPOK)
JIP foto bersama dengan peserta sosialisasi Temu TPT - ODHIV di Puskesmas Cimanggis, Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. (MONICA REISTIE/RADAR DEPOK)

RADARDEPOK.COM - Perlunya meningkatkan kesadaran para Orang Dengan HIV (ODHIV) agar mau rutin mengkonsumsi Terapi Pencegahan Tuberculosis (TPT). Bukan tanpa alasan, para ODHIV memiliki resiko 20 kali lebih rentan terkena TB.

Maka dari itu Jaringan Indonesia Positif (JIP) melakukan sosiaslisasi Temu TPT-ODHIV pada Kamis, (7/11) di Puskesmas Cimanggis, Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis.

Program Officer Prevent TB JIP, Arina mengatakan, Orang Dengan HIV (ODHIV) memiliki resiko 20 kali lebih tinggi terinfeksi TB dibandingkan dengan orang tanpa HIV. Hal ini disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV.

Baca Juga: PT Indoguna Utama Minta Maaf Soal Polemik Penebangan Pohon Sembarangan di Kawasan GDC Depok, Janjikan Pembangunan Taman di Area Ruko Verbena

"Itu kenapa ODHIV disarankan, atau mungkin sekarang lebih diwajibkan untuk ikut TPT," ucap Arina kepada Radar Depok, Kamis (7/11).

Antusiasme ODHIV untuk mengikuti TPT sangat bergantung pada beberapa faktor. Jika para ODHIV belum tahu tentang TPT, tentu akan kesulitan untuk memutuskan apakah ingin mengikuti program tersebut atau tidak. Bahkan jika tahu, terkadang kendala logistik dan akses menjadi penghalang.

"Nah makanya kita hadir disini, Prevent TB yang dilaksanakan oleh JIP, teman-teman disini membantu dalam sosialisasi tentang TPT ke teman-teman ODHIV," ucap Arina.

Baca Juga: Empat Orang Luka Bakar Gegara Kebakaran di Perumahan Tirta Mandala Depok, Korban Langsung Dilarikan ke Rumah Sakit Terdekat

Selain meningkatkan tentang TPT, JIP juga memainkan peran penting dalam menjembatani komunikasi antara layanan kesehatan dan pasien, serta antara layanan kesehatan dan Dinkes. "Sehingga ketika mereka TPT dan ingin akses TPT, mereka bisa," sambung Arina.

Arina menjelaskan, teman-teman ODHIV yang ingin mendapatkan TPT dapat memulai dengan mengunjungi puskesmas atau rumah sakit tempat biasa mengambil obat ARV. Di sana, para ODHIV akan melalui sesi konseling singkat bersama dokter atau perawat.

"Nah nanti disana bisa nanya ke perawatnya atau langsung bilang kalau mau TPT," kata Arina.

Setelah melakukan konseling, dilanjutkan dengan screening. Proses screening melibatkan pertanyaan untuk mendeteksi kemungkinan gejala TB.

Baca Juga: Target Retribusi IPLT Depok Tinggal 11,72 Persen, Pede Akhir Tahun Tercapai

Pertanyaan tersebut meliputi apakah pasien mengalami demam, kontak serumah dengan pasien TB, mengalami penurunan berat badan yang drastis dan terakhir apakah kerap berkeringat pada malam hari. "Setelah lolos screening, pasien sudah boleh mendapat TPT," beber Arina.

Waktu konsumsi TPT bisa disesuaikan dengan kebiasaan dalam mengonsumsi ARV. Sebagai contoh, jika seseorang biasa mengonsumsi obat ARV pada pagi hari, maka bisa memilih untuk mengonsumsi TPT pada sore atau malam hari. Sebaliknya, jika lebih nyaman mengonsumsi TPT pada pagi hari, itu pun diperbolehkan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X