Setelah itu, berjalanlah kendaraan tersebut menghampiri pelanggannya yang sudah menunggu dirinya. Di tengah perjalanan, dari kampung ke kampung. Dari jalan raya ke jalan raya. Orang – orang yang tertarik dengan keceriaan odong-odong milik Wandi tersebut, memanggil Wandi untuk berhenti dan menaiki kendaraan nyentrik ini.
Dia berhasil mengangkut penumpang pertama. Berkeliling sekitar 10 – 15 menit, Wandi mulai bercerita pada penumpang itu tentang awal mula berprofesi sebagai supir odong - odong. Dimulai dengan keluarnya dari perusahaan tempat dia bekerja karena terpaan badai Covid19. Berkat dari uang pesangonnya itu, dia mengawali usahanya tersebut.
Baca Juga: MBC-Sridewa Kebelet Ikut Funday Radar Depok
“Hampir dua tahun saya sudah berprofesi sebagai supir odong – odong mobil. Daripada saya usaha yang tidak pasti, bingung mau usaha apa, jadi saya inisiatif bikin odong – odong mobil sampai sekarang. Sempat terpikir usaha dagang, cuman pengalaman dari temen – temen, itu gak bertahan lama. Kalau odong - odong ini, testimoni dari teman-teman saya, mereka berjalan lama dan lancar. Bahkan sampai lima tahun,” ceritanya dengan semangat, Selasa (24/1).
Kendaraan yang identik dengan kendaraan anak – anak ini, dulunya dia buat berasal dari mobil pribadi, Toyota Kijang Super. Mobil itu Wandi rombak sedemikian rupa hingga menjadi odong – odong Garuda sekarang. Bapak yang memiliki dua anak ini hampir menghabiskan modal sekitar Rp65 juta. Modifikasi yang paling banyak menghabiskan dana.
Baca Juga: Nasi Jeruk Mamah Muda Lezatnya Tiada Tara, Buruan Rasakan Sensasi Menunya
“Karena di mobil pribadi saya bisa lihat dulu mesinnya gimana, tahu mesinnya seperti apa, bagus atau tidaknya. Walaupun harga odong – odong yang baru dengan yang saya modif sendiri ini sama, saya lebih memilih beli mobil pribadi dulu baru di modif. Saya takutnya kalau beli langsung, kita ga tau mesinnya seperti apa. Takutnya saya sudah beli, tiga bulan kemudian udah rusak,” ungkap alasannya.
Harga yang dipatok untuk menaiki odong – odong mobil adalah Rp lima ribu. Dari hasil kelilingnya hingga daerah Mampang dan Grogol, Wandi bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu. Itu kalau sedang ramai – ramainya, jika sepi, hanya bisa mendapatkan Rp100 ribu sampai Rp150 ribu. Tetapi, beda lagi penghasilan Wandi kalau mendapatkan pemesanan atau biasa disebut carter. Menurutnya, penghasilan terbesar dari hasil carter tersebut.
Baca Juga: Warga Jatijajar Depok Cap Lazada Ingkar Janji, Ini Kata Lazada
Odong – odong yang memiliki enam kursi termasuk kursi supir ini, sering ditumpangi oleh perkumpulan ibu – ibu dan anak – anak TK untuk wisata mereka. Muat hingga 17 - 16 orang dewasa, sedangkan anak kecil 18 - 19 orang. Dia juga bersyukur berkat itu, di bulan depannya, banyak yang sudah memesan. Hal itu tidak mengherankan, karena dia mempunyai kepribadian yang ramah dan menyenangkan.
Baca Juga: Budidaya Alpukat Mentega Miki di Pancoranmas : Omzet Menjanjikan, 1.000 Meter Tertanam
“Terkadang kalau bawa ibu - ibu senam, mereka karaokean terus. Dari awal berangkat sampe ke tempat karaokean saja, haha. Banyak yang request minta jauhan, saya ladenin. Kalau mau mampir atau jajan berhenti dulu. Kadang saya tawarin juga. Apa yang dimau penumpang saya turutin. Bahkan sampai ke Masjid Kubah Mas. Yang penting mereka seneng,” jelasnya sembari mengakhiri perjalanan riang ini. (*)