Kemandirian pertahanan dan politik sangat penting, hari ini di Eropa dan Timur Tengah menunjukkan tren polarisasi dari globalisasi. Bukan hanya Amerika Serikat dan Eropa Barat yang menjadi penentu dunia, kini menemukan kontrahegemoni, sehingga dunia terpolarisasi menjadi berbagai blok.
“IIndonesia sebagai pelopor gerakan Non-Blok, harus memiliki kemandirian dalam mengarungi geopolitik dan ekonomi dunia,” ujarnya.
Kemandirian dalam mengelola sumberdaya berupa energi dan tambang mampu mendorong Indonesia menjadi negara adidaya.
“Hilirisasi tambang dan mineral, serta komoditas perkebunan akan mengantar Indonesia menjadi negara yang kuat lagi Makmur,” pinta KH Chriswanto.
Baca Juga: Peringatan Hari Kartini 2024! GOW Depok Gelar Lomba Make Up Hingga Launching Produk Skincare Zurie
Ketiga, persoalan energi yang sejak dulu hingga saat ini terus-menerus menjadi konflik dunia. Ia mengatakan bila energi fosil telah menipis cadangannya di Bumi Pertiwi, sejatinya Indonesia kaya dengan energi baru terbarukan,
“Matahari bersinar sepanjangan tahun, lautan Indonesia yang maha luas menyediakan energi kinetik dari gelombang laut. Indonesia memiliki 40 persen energi panas bumi. Semua anugerah Allah itu harus dimaksimalkan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia,” tegasnya.
Energi baru terbarukan memungkinkan Indonesia menjadi negeri berudara bersih, jauh dari polusi meskipun derap industri terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Keempat, pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pelestarian lingkungan menjadi sangat penting karena generasi muda akan mewarisi Indonesia. Jangan sampai mereka mendapatkan warisan berupa lingkungan yang rusak bisa mengakibatkan kemiskinan natural,” ulasnya.
Baca Juga: Jemaah Salat Duha, Maling Kotak Amal di Tanah Baru Depok Pulang
Indonesia merupakan pemilik hujan tropis terbesar di dunia, menurutnya jangan sampai pujian tersebut tinggal kenangan, akibat pembangunan yang tak berwawasan lingkungan dan mengabaikan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).
Kelima, KH Chriswanto meminta seluruh elemen bangsa bersatu padu dengan menanggalkan paradigma kompetisi, menjadi kolaborasi dan menjauhkan gaya politik komunikasi populis yang memecah belah bangsa.
“Antara pemerintah dan oposisi berkolaborasi dengan menjalankan fungsinya. Pemerintah perlu kritikan dan masukan dari oposisi, agar pembangunan tetap pada jalurnya,” ujarnya.
Oposisi penting dalam demokrasi, dan jadi syarat penyeimbang dalam iklim demokratis. Namun ia mengingatkan, oposisi jangan menciptakan drama, asal kritik, apalagi menggunakan komunikasi politik populis yang terbukti memecah belah persatuan bangsa.***
Artikel Terkait
Prabowo-Gibran Dominasi Real Count KPU, Puspenpol : Gibran Effect Sukses Mendorong Kemenangan Satu Putaran
Golkar Buka Pintu Koalisi dengan Partai bukan Pendukung Prabowo Gibran untuk Menangkan Jaro Ade di Pilkada Kabupaten Bogor
Prabowo-Gibran Ungguli Anies-Imin di Depok, Ganjar-Mahfud Terendah
Pradi Supriatna : Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka Akan Adil untuk Semuanya
Jadi Presiden Gaji Prabowo Segini, Berikut Rinciannya
Saksi AMIN Sebut Prabowo Gibran Menang Mutlak di Cileuksa Bogor, Jaro Ade: Paslon 01 dan 03 masih ada Suaranya
Makin tak Jelas, PAN Minta PPP Gabung ke Koalisi Pemerintah: Akui Kemenangan Prabowo Gibran