Senin, 22 Desember 2025

Berbasis Body Power, Inovasi Lengan Robot Raga Arm, Membantu Difabel Lebih Percaya Diri dan Mandiri

- Jumat, 16 Agustus 2024 | 08:10 WIB

Akhirnya, mulai 2019, Wildan bersama Arief menyusun inovasi. Titik awalnya dari tugas akhir sejumlah mahasiswa binaan Wildan di ITB.

’’Sampai saat ini, Raga Arm sudah mengantongi dua paten,’’ tuturnya.

Masing-masing paten untuk kemampuan menggenggam (versatile gripping technology). Dan, yang kedua untuk adjustable socket system (ASS).

Arief menambahkan, lengan palsu yang beredar sekarang kebanyakan berupa manekin. Fungsinya sebatas sebagai lengan pengganti. ’’Orang-orang seperti Kang Yayat ini butuh lengan buatan yang memiliki fungsi untuk aktivitas dasar seperti mengambil benda atau lainnya,’’ katanya.

Arief dan Wildan sudah menetapkan harga jual lengan robot tersebut sekitar Rp 15 juta. Berada di tengah-tengah lengan buatan yang terbuat dari manekin yang bervariasi sekitar Rp 10 juta sampai Rp 20 juta.

Baca Juga: Praktis dan Engga Ribet, Ayam Masak Telur, Menu Masakan Harian Menggugah Selera

’’Pembawa acara sampai kaget. Tanpa listrik, tapi kok bisa berfungsi seperti ini,’’ ujarnya.

Saat ini Raga Arm sedang proses pengajuan izin edar sebagai alat kesehatan sejenis tongkat. Masuk kategori berisiko rendah karena tidak berbasis elektrik.

Karena masih ingin terus mengembangkan, Arief dan Wildan akhirnya mendaftar program pendampingan rintisan oleh BRIN: perusahaan pemula berbasis riset. Saat ini produk lengan palsu yang sedang mereka garap mulai dilengkapi dengan aliran listrik. Harapannya bisa menjalankan fungsi sehari-hari yang lebih optimal.

Tren lengan buatan saat ini, lanjut Arief, berfungsi lebih spesifik. Disesuaikan dengan pekerjaan atau aktivitas pengguna. Misalnya, untuk menjahit atau di bengkel.

Baca Juga: View City Light di Tempat Camping Bogor Emang Gak Ada Lawan Cakep Banget, Apalagi Bisa Liat Lautan Awan Juga!

Arief bersama tim sedang fokus merancang kembali lengan palsu yang bisa digunakan untuk menyetir mobil atau motor. Pertimbangannya faktor ekonomi. ’’Minimal pengguna bisa antar jemput anak ke sekolah,’’ katanya.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Arnet Kelmanutu

Sumber: Jawa Pos

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X