Senin, 22 Desember 2025

Muhammad Reza Cordova, Profesor Riset Termuda di BRIN : Fokus pada Fenomena Mikroplastik di Laut

- Selasa, 8 Oktober 2024 | 00:23 WIB
AHLI MIKROPLASTIK: Muhammad Reza Cordova saat ini menyandang predikat sebagai profesor riset termuda di BRIN. ((HILMI SETIAWAN/JAWA POS))
AHLI MIKROPLASTIK: Muhammad Reza Cordova saat ini menyandang predikat sebagai profesor riset termuda di BRIN. ((HILMI SETIAWAN/JAWA POS))

RADARDEPOK.COM-Puncak karier seorang peneliti di lembaga riset adalah menjadi profesor riset. Muhammad Reza Cordova berhasil meraihnya di usia yang relatif muda. Upaya penanganan mikroplastik menjadi perhatian utamanya.

Hilmi Setiawan, Jakarta

---

”Prof, Prof, Prof. Jangan panggil saya Prof,” kata Muhammad Reza Cordova kepada wartawan saat diskusi mengenai kebocoran sampah plastik di kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 11 September lalu. Pada diskusi itu, Reza begitu luwes memaparkan soal sampah laut. Khususnya mengenai mikroplastik.

Baca Juga: Staycation di Glamping Cantik Ciwidey yang Disuguhi Panorama Alam Ciwidey yang Sejuk dan Indah!

Pria kelahiran Bogor, 3 November 1986, itu berhasil menyandang status sebagai profesor riset termuda di BRIN. Dia dikukuhkan bersama tiga profesor riset lainnya pada 27 Juli lalu.

Itu artinya, saat dikukuhkan, usia Reza menginjak 37 tahun. Masih terbilang muda.

Saat pengukuhan profesor riset urutan ke-667 itu, Reza menyampaikan orasi mengenai sampah plastik. Judulnya, Pengelolaan Sampah Plastik dalam Mendukung Mitigasi Pencemaran Lingkungan Laut.

Baginya, sampah laut adalah persoalan global. Sampah laut sama seperti angin. Jika memakai istilah saat pemilu presiden, sampah laut pun tidak memiliki KTP. Sampah laut dari Indonesia, ada yang ditemukan di Afrika Selatan (jarak 10.051 km). Bahkan sampah plastik dari Sungai Cisadane, Kabupaten Bogor, ada yang sampai ke Madagaskar (jarak 6.607 km). Sampah plastik dari Indonesia juga ditemukan di sejumlah pantai-pantai menawan di Maladewa.

Baca Juga: Kapan Lagi Bisa Nikmati Sensasi Tempat Camping di Ciwidey dengan Panorama Alam Syahdu dan Bisa Berendam di Kolam Air Panas Ini!

Reza menceritakan, dirinya menjadi peneliti mulai 2015 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), institusi yang sejak 2021 dilebur menjadi BRIN. Ketika itu, mimpi ingin menjadi profesor riset sudah tumbuh. ”Sempat tebersit di pikiran, kayaknya seru jadi profesor riset termuda di LIPI,” katanya.

Reza menegaskan, menjadi profesor riset bukan tujuan utamanya. Baginya itu sebagai bonus. Hal itu berkat kegigihannya dalam melakukan penelitian serta publikasi ilmiah. Saat dikukuhkan menjadi profesor riset, Reza tercatat sudah menghasilkan 86 publikasi ilmiah. Dia juga aktif sebagai mentor akademik, menerima berbagai penghargaan, serta menjadi inspirasi bagi periset muda lainnya.

Namun, lanjut dia, penelitian yang diwujudkan dalam publikasi ilmiah itu bermanfaat untuk masyarakat ilmiah saja. Tantangan berikutnya adalah bagaimana mengubah hasil riset itu supaya bisa masuk ke pemerintahan atau pengambil kebijakan. Sehingga bisa berujung menjadi kebijakan yang membawa kebaikan untuk manusia.

Baca Juga: Aparatur Kecamatan Sukmajaya Depok Rutinkan Jumat Bersih, Bikin Kantor Jadi Kinclong!

”Ini harus saya lakukan. Karena saya merasa bertanggung jawab, diberikan ilmu sama Tuhan, masak tidak ada manfaatnya,” tutur pemilik sekitar lima paten itu. Reza menegaskan, hilirisasi berbagai penelitiannya bukan mengarah pada produk komersial atau sebuah purwarupa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Arnet Kelmanutu

Sumber: Jawa Pos

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X