Senin, 22 Desember 2025

Muhammad Reza Cordova, Profesor Riset Termuda di BRIN : Fokus pada Fenomena Mikroplastik di Laut

- Selasa, 8 Oktober 2024 | 00:23 WIB
AHLI MIKROPLASTIK: Muhammad Reza Cordova saat ini menyandang predikat sebagai profesor riset termuda di BRIN. ((HILMI SETIAWAN/JAWA POS))
AHLI MIKROPLASTIK: Muhammad Reza Cordova saat ini menyandang predikat sebagai profesor riset termuda di BRIN. ((HILMI SETIAWAN/JAWA POS))

Meski begitu, saat ini ada hasil penelitiannya bersama sejumlah kolega yang masuk tahap uji coba. Penelitian tersebut adalah pengolahan sampah plastik dibuat interlocking brick. Yaitu sejenis concrete block (conblock) atau batu bata.

Bata dari sampah plastik itu sedang diuji supaya bisa digunakan sebagai tembok di pesisir. Tujuannya adalah menahan laju abrasi. Menurutnya, abrasi saat ini menjadi ancaman semua negara yang memiliki pantai. Meningkatnya suhu muka air laut yang dipicu perubahan iklim membuat muka air laut semakin bertambah.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam dengan Kasi Penyelamatan Damkar Kota Depok, Tesy Haryati, Bagian 3-Habis: Tesy Adalah Ibu dari Anggota Tim Rescue

Reza menjelaskan, inovasi pembuatan conblock itu nantinya tentu akan didaftarkan patennya. Tetapi, bisa jadi nanti sifat patennya terbuka. Artinya bisa dimanfaatkan oleh siapa pun. Sebab, untuk mencegah abrasi di pesisir atau bibir pantai, butuh kolaborasi banyak pihak.

Pengujian yang dilakukan saat ini untuk mengukur seberapa besar mikroplastik yang dilepaskan oleh conblock tersebut ke lautan. Jangan sampai mikroplastik yang terlepas ternyata cukup besar.

Di depan sejumlah wartawan di kantor BRIN, Reza menyampaikan bahwa plastik sejatinya bukan musuh manusia. Tetapi, yang masih jadi tantangan sampai sekarang adalah pengelolaannya. Dia mengatakan, 60 persen penggunaan plastik di dunia adalah plastik sekali pakai. Seperti botol air minum dan pembungkus makanan.

Baca Juga: Mesin Partai dan Relawan Bekerja, Imam Budi Hartono : Target 80 Persen Menang di Depok Bisa Tercapai, Beri Bukti Bukan Baru Janji Doang

Khusus di Indonesia, keberadaan tempat pembuatan akhir (TPA) juga belum efektif. Karena baru 50 persen produksi sampah yang berakhir di TPA. Banyak orang yang masih membakar sampah atau membuang ke sungai yang akhirnya bermuara di lautan.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Arnet Kelmanutu

Sumber: Jawa Pos

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X