Minggu, 21 Desember 2025

Pembangunan Jawa Barat Fokus pada Tiga Hal, Dedi Mulyadi: Perlu Dukungan Seluruh Masyarakat

- Rabu, 20 Agustus 2025 | 15:04 WIB
Pidato Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi pada Rapat Paripurna Istimewa HUT ke-80 Jawa Barat (Tangkapan layar Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL)
Pidato Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi pada Rapat Paripurna Istimewa HUT ke-80 Jawa Barat (Tangkapan layar Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL)

RADARDEPOK.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan arah pembangunan Jawa Barat akan berfokus pada tiga hal penting yang berakar dari filosofi kebudayaan Sunda, yakni laut, gunung, dan tanah.

Hal ini ia sampaikan dalam Rapat Paripurna Istimewa HUT ke-80 Jawa Barat di Gedung Pakuan, Bandung, pada Selasa (19/8/2025).

Dalam pidatonya, Dedi mengawali dengan ucapan terima kasih kepada Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, yang selalu mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian laut Selatan.

Saya berterima kasih pada Bu Susi yang selalu mengingatkan saya untuk menjaga Laut Selatan,” ujar Dedi.

Baca Juga: Resep Sayur Asem Rumahan, Enak, Segar dan Favorit Keluarga

Menurut Dedi, pembangunan di Jawa Barat harus dimaknai tidak hanya dari sisi fisik dan ekonomi, tetapi juga dengan merawat simbol-simbol peradaban yang diwariskan leluhur.

Pertama adalah laut, laut sendiri dilambangkan sebagai sosok putri cantik bernama Nyi Ratu. Filosofi ini mengajarkan bahwa laut harus dijaga kehormatannya.

Kalau laut diurus, dia akan menjadi putri yang cantik. Jangan rusak terumbu karangnya, jangan cemari laut dengan aktivitas yang merugikan. Kehormatan laut adalah kehormatan kita,” kata Dedi.

Kedua adalah gunung, gunung dan hutan dipandang sebagai lambang kehormatan dan ketentraman rakyat Sunda. Simbol ini tercermin dalam sebutan Abah, Eyang, Siliwangi, hingga Pajajaran.

Baca Juga: Lepaskan Penat dan Nikmati Udara Segar di Merbabu Park, Ada Promo Hari Kemerdekaan di Penginapan Tipe Ini

Kalau gunung dijaga, rakyat akan terhindar dari kemiskinan dan bencana. Gunung yang rusak berarti hilangnya kehormatan,” ujarnya.

Ketiga adalah tanah, tanah sendiri adalah simbol seorang ibu yang harus dihormati. Dalam budaya Sunda disebut Sunan Ambu, sedangkan dalam ajaran Bung Karno disebut Ibu Pertiwi.

Perlakukan tanah seperti kita memperlakukan ibu sendiri. Jangan hanya dijadikan rebutan untuk menumpuk kekayaan. Kalau tata guna tanah rusak, kita sejatinya sedang durhaka pada ibu kita,” tegas Dedi.

Dedi menekankan bahwa kepemimpinannya selama enam bulan terakhir bersama Wakil Gubernur Erwan baru sebatas meletakkan kerangka dasar pembangunan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febry Mustika Putri

Sumber: YouTube KANG DEDI MULYADI CHANNEL

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X