Minggu, 21 Desember 2025

Sering Dilanda Banjir, Dedi Mulyadi Tegaskan Tiga Langkah Penting untuk Atasi Masalah di Kabupaten Bandung: Jangan Cuma Teriak Banjir

- Jumat, 5 Desember 2025 | 15:45 WIB
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi ungkap tiga langkah untuk atasi masalah banjir di Kabupaten Bandung (Instagram/@dedimulyadi71)
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi ungkap tiga langkah untuk atasi masalah banjir di Kabupaten Bandung (Instagram/@dedimulyadi71)

RADARDEPOK.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menyoroti permasalahan banjir yang kerap melanda wilayah Kabupaten Bandung.

Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, @dedimulyadi71, pada Jumat pagi (5/12/2025), ia menjelaskan penyebab utama banjir berulang serta tiga langkah strategis yang akan dilakukan pemerintah untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang.

Dedi menegaskan bahwa banjir di Kabupaten Bandung bukanlah kejadian baru, melainkan bencana yang sudah menjadi langganan.

Karena itu, penyelesaiannya tidak bisa dilakukan secara parsial atau hanya fokus pada penanganan saat banjir terjadi. Menurutnya, perlu perubahan besar pada tata ruang dan pola pengelolaan lingkungan di kawasan hulu.

Baca Juga: BRI Pastikan Layanan Perbankan Tetap Beroperasi di Wilayah Terdampak Banjir Sumatera

Banjir di Kabupaten Bandung itu banjir langganan. Ada tiga hal yang mesti dilakukan,” ujar Dedi.

1. Mengembalikan Tata Ruang dan Memperbanyak Ruang Hijau di Hulu

Dedi menekankan pentingnya mengembalikan tata ruang sesuai fungsi alamnya. Kawasan hulu harus diperbanyak ruang hijaunya agar dapat menyerap air dan menahan limpasan ketika hujan turun.

Namun, ia mengakui bahwa langkah ini akan menimbulkan reaksi dan penolakan dari sebagian pihak, terutama dari mereka yang selama ini memanfaatkan lahan-lahan tersebut untuk bisnis atau pembangunan fasilitas wisata.

Baca Juga: Pencarian Masih Berlanjut, Korban Bencana Sumatera Bertambah Capai 836 Meninggal Dunia

2. Menghentikan Alih Fungsi Lahan

Masalah kedua yang disebut Dedi adalah maraknya alih fungsi lahan dari perkebunan teh dan area hutan menjadi perkebunan sayuran, termasuk kentang dan tanaman semusim lainnya.

Perubahan ini memperparah sedimentasi yang mengalir ke Sungai Citarum, sehingga kapasitas sungai berkurang dan risiko banjir meningkat.

Menurut Dedi, lahan yang telah dialihfungsikan harus dikembalikan menjadi perkebunan teh atau tanaman keras lainnya yang lebih stabil dan tidak menyebabkan erosi berat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febry Mustika Putri

Sumber: Instagram/@dedimulyadi71

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X