RADARDEPOK.com – Meski tidak lagi muda, tidak menyurutkan niat Halimah Munawir, untuk terus berkarya.
Halimah Munawir yang merupakan budayawan asal Desa Kuta, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor ini kembali merilis novel karya terbarunya berjudul ‘Padmi'.
‘Padmi' merupakan novel terbaru Halimah Munawir yang mengisahkan seorang calon permaisuri terbuang.
Untuk mengobati dan menyalurkan kegusarannya serta kegusarannya, ‘Padmi' mengisi kegiatannya dengan menari.
Baca Juga: Bogor Menguning, Kampanye Akbar Partai Golkar untuk Pileg dan Pilpres Diserbu Ribuan Warga
Halimah Munawir mengatakan, ‘Padmi’ lahir ketika pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia.
Seperti keluarga lainnya, Halimah pun ‘terkurung’ akibat lockdown yang diterapkan pemerintah saat itu.
“Waktu pandemi Covid-19, dan dalam proses pemulihan atas wabah tersebut, saya terinspirasi untuk menulis novel yang berlatar belakang seni budaya di kediaman saya, Rumah Budaya HMA di Desa Kuta, Megamendung," kata Halimah Munawir kepada wartawan pada Minggu, 4 Februari 2024.
Menurut Halimah, novel ini menjadi penting karena di tengah hiruk pikuk globalisasi masih terdengar semboyan yang menyuarakan pentingnya masyarakat menggali nilai-nilai budaya lokal yang adiluhung, apalagi didukung 'kekuatan' karakter tokoh-tokoh di dalamnya.
Baca Juga: Cocok Buat Ngadem, Darmacaang Hill Spot Camping Terbaik di Ciamis
Sebagai pegiat budaya dan pelestari kain batik, Halimah sudah terbiasa berkumpul dan berkarya dengan para seniman, termasuk para penari.
"Dari penari-penari yang berlatih di Rumah Budaya HMA itulah saya punya inspirasi, untuk mengangkat kisah Padmi dan menuangkannya ke dalam novel yang sudah dicetak ke dalam 2 edisi ini," terang Halimah yang kini berusia 60 tahun.
Halimah menjelaskan bahwa di setiap menulis novel, dirinya selalu mencoba untuk tidak hanya membangun sebuah karakter melainkan juga ada unsur edukasi budaya atau kearifan lokal.
"Saya juga kerap menyisipkan, hal-hal yang bersifat mitos, yang tetap melegenda dengan detail-detailnya. Alhamdulillah novel Padmi yang sedianya hanya di cetak terbatas di Penerbit Diomedia sebagai penghargaan pada diri saya sendiri dapat mencapai angka jelang 60 ketika launching banyak respon positif sehingga novel Padmi pertama di olah kembali dengan lebih baik dan dibuat cetakan ke dua oleh Balai Pustaka yang dua minggu lalu Obor Sastra membedah novel Padmi di PDS, Taman Ismail Marjuki dan dikaji juga oleh Kelompok Study Proklamasi," kata Halimah.