Sementara, Rusli Prihatevi, yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Kota Bogor, memiliki keunggulan yang tidak dimiliki calon lain, yakni surat dari DPP dan DPD Golkar Jawa Barat yang menugaskan secara tegas untuk menjadi calon wali kota Bogor di Pilkada 2024.
“Tapi kelemahan Rusli masih setengah hati maju di Pilkada 2024, karena ia juga terpilih sebagai anggota legislatif Kota Bogor pada pemilu kemarin,” ucapnya.
Calon lainnya, yakni Sendi Ferdiansyah, memiliki keunggulan dari sosialisasi yang masif hingga ke akar rumput.
Selain itu, Sendi memiliki keuntungan dari stigma masyarakat dimana ia mendapat dukungan dari Presiden RI lewat Ibu Iriana Jokowi.
Hal itu rasional karena posisinya saat ini sebagai sekretaris pribadi Ibu Iriana. Selain itu, sosoknya masih muda.
“Kelemahanya sampai saat ini belum mendapatkan partai politik yang mengusung, namun melalui tingkat elektabilitas yang tinggi, relasi dengan lingkaran kekuasaan serta potensi mendapatkan dukungan dari basis kaum muda, seharusnya partai politik yang tidak mempunyai sosok kuat bisa segera memastikan dukungannya kepada Sendi,” ucap Yusfitriadi.
Terkait Raendi Rayendra, calon yang dikenal dengan jargon “Bogor Glowing” itu mendapat elektabilitas tinggi karena sudah lama bergeraknya, terutama melalui alat citra diri dan komunikasi dengan beberapa partai politik.
Selain itu, Rayendra sering sekali kegiatannya diliput oleh beberapa media.
Baca Juga: 17 Kambing Warga Pasir Putih Depok Digondol Maling
“Kelemahannya, di antaranya belum ada satupun partai politik yang memastikan dukungannya,” ujar Yusfitriadi.
Terakhir, Atang Trisnanto. Ia, menurut Yusfitriadi, memiliki keunggulan karena menjadi Ketua DPD PKS Kota Bogor dan sukses menjadikan partai berlambang padi dan kapas ini pemenang pada Pemilu 2024 di kota hujan.
“Meski begitu Atang memiliki kelemahan dimana PKS masih menggodog beberapa nama yang akan di dorong pada pemilihan wali kota (pilwalkot) Kota Bogor,” ungkap pengamat politik ini.
Yusfitriadi juga melihat hal menarik lainnya, adalah dari lima sosok tersebut didominasi oleh bakal calon yang bukan kader parpol.