RADARDEPOK.com - Industri media tengah menghadapi titik kritis dalam era digital yang serba cepat dan disruptif.
Di tengah gelombang perubahan teknologi, pergeseran perilaku audiens, dan dominasi platform digital global, para pelaku media dituntut untuk berinovasi agar tetap relevan dan berkelanjutan.
Tahun 2025 pun menjadi penentu, apakah media mampu bertahan atau justru tenggelam dalam badai disrupsi.
CEO Suara.com, Suwarjono, menyoroti tantangan paling mendesak yang dihadapi media saat ini, yakni keberlangsungan hidup.
“Isu kekinian yang paling berat soal keberlangsungan hidup media. Jurnalisme sekarang ini tidak mampu dan kesulitan membiayai biaya produksi media,” kata Suwarjono dalam Jabar Media Summit 2025 digelar di Pasteur Conventions Center, Holiday Inn Hotel, Kota Bandung pada Kamis, 11 September 2024.
Menurut Suwarjono, belakangan ini banyak media yang tidak bisa menangani gelombang badai tersebut. Bahkan, dalam dua tahun terakhir menjadi masa yang sangat serius bagi kelangsungan media.
Untuk itu, Suwarjono menekankan pentingnya diversifikasi bisnis sebagai strategi bertahan.
“Caranya biar usia media panjang, yakni media tersebut harus bisa menemukan bisnis lain di luar bisnis pemberitaan,” tambah Suwarjono.
Suwarjono menilai, model bisnis media yang disokong oleh lini usaha lain terbukti lebih tahan banting. Menurutnya, model bisnis media ketika dibantu oleh yuridis lini bisnis yang lain, itu rata-rata bisa bertahan.
“Jadi salah satu model bisnis media karena menarik kalau kita memiliki yuridis bisnis yang lain,” jelas Suwarjono.
Suwarjono lantas merinci sepuluh tantangan besar, mulai dari penurunan trafik berita, efisiensi anggaran iklan pemerintah, disrupsi AI, perubahan perilaku audiens, hingga dominasi platform digital dalam periklanan.
Namun di balik tantangan, terdapat peluang yang tak kalah besar. Suwarjono menyebut bahwa media kecil justru lebih berpeluang untuk hidup dan sustain.