Baca Juga: Hujan Deras Guyur Cihideung Udik, Dua Warga Terluka Tertimpa Atap Rumah
“Di antaranya konsolidasi dan optimasi aset digital, media sebagai jembatan, ekosistem/showcase, hingga karakter channel dan monetisasi,” kata Suwarjono.
Sementara, CEO Tempo Wahyu Dhyatmika, menambahkan perspektif tentang peran media dalam demokrasi dan pasar. Menurut Wahyu, ada dua sisi bagi perusahaan media yakni value capture dan value creation.
"Apa manfaat berita kita untuk publik untuk menjunjung demokrasi, apa manfaat yang diberikan kepada pasar,” ujarnya.
Namun, Wahyu mengakui adanya kesenjangan antara nilai yang diciptakan dan nilai yang berhasil dimonetisasi oleh media.
Menurut Wahyu, masalah ini ada di kesenjangan antara jumlah yang dihasilkan model bisnis ini, dan itu cukup signifikan berdampak pada trafik atau pageview media.
Wahyu juga menekankan perlu adanya intervensi negara dalam menghadapi kegagalan pasar. Salah satunya negara harus mengintervensi kegagalan pasar ini untuk melindungi media.
"Bisa dengan dimulai dengan pemerintah untuk memberikan keringanan pajak penghasilan untuk karyawan di perusahaan media,” sarannya.
Sementara itu, dari sisi regulasi, Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Dewan Pers, Muhammad Jazuli, menyoroti ketimpangan antara media arus utama dan media sosial.
Baca Juga: Kekerasan Anak Depok Didominasi Perundungan di Sekolah
Menurur Jazul, media arus utama maupun memiliki aturan aturannya. Sementara sosial media dari segi konten maupun dari segi bisnis tidak ada yang mengatur.
Atas dasar itu Jazuli mendorong pemerintah untuk lebih peduli terhadap media sebagai pilar demokrasi.
“Media untuk bisa bertahan, pemerintah bisa membuat kebijakan yang memberikan keringanan kepada media arus utama,” imbuh Jazuli.
Tahun ini, Jabar Media Summit mengusung tema Pendalaman Model Bisnis dan Konten Berdampak. Acara ini terdiri atas empat sesi utama materi, yakni Masa Depan Media Lokal di Era Digital, Penggunaan AI untuk Mendukung Kerja Local Media, Membangun Konten Berdampak untuk Ekosistem Informasi Publik, serta Kolaborasi Media Lokal dan Stakeholder.***