Senin, 22 Desember 2025

Manfaat Tapera Dinilai Tidak Maksimal: UU Harus Direvisi, Ubah Kepesertaan Jadi Sukarela

- Jumat, 31 Mei 2024 | 05:05 WIB
Foto  Perumahan Rakyat (Tapera) (Infopublik)
Foto Perumahan Rakyat (Tapera) (Infopublik)

RADARDEPOK.COM – Berdalih akan membantu pekerja, Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) justru disebut tidak menyentuh kesejahteraan buruh.

Pengamat Ketenagakerjaan Timboel Siregar menyebut pekerja/buruh tidak otomatis mendapat manfaat dari program yang diikuti. Baik itu manfaat KPR, pembangunan rumah, maupun perbaikan (renovasi) rumah.

Pasal 38 ayat (1b dan 1c) UU Tapera hanya mensyaratkan pekerja yang termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan belum memiliki rumah. Artinya, ada pembatasan upah yang menjadi kriteria penerima manfaat Tapera.

Hal itu dikuatkan dengan Pasal 39 ayat (2c) yang menyatakan pemberian manfaat berdasar tingkat kemendesakan kepemilikan rumah yang dinilai oleh BP Tapera.

Baca Juga: Penerapan KRIS di 38 Faskes Depok Tunggu Permenkes, Kelas 1 Sampai 3 Masih Berlaku

Dengan kata lain, akses peserta ke manfaat Tapera akan ditentukan lebih lanjut. ”Jadi, pekerja swasta/BUMN/BUMD diwajibkan menjadi peserta Tapera, tetapi tidak mendapat manfaat, seperti pekerja yang memiliki upah di atas kriteria MBR,” katanya.

Pekerja/buruh seolah hanya dikeruk pendapatannya tanpa keuntungan apa pun. Mengingat, tidak ada kepastian imbal hasil. Hal itu berbeda dengan dana jaminan hari tua (JHT) yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan. Imbal hasilnya jelas, minimal sama dengan rata-rata deposito bank pemerintah.

”Dan, selama ini rata-rata imbal hasil yang dikembalikan kepada peserta JHT adalah di atas 1 hingga 2 persen di atas rata-rata suku bunga deposito pemerintah,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah sepertinya lupa bahwa saat ini sudah ada fasilitas perumahan bagi pekerja formal swasta dan BUMN/BUMD di BPJS Ketenagakerjaan. Itu diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 17 Tahun 2021 tentang Manfaat Layanan Tambahan (MLT) Perumahan.

Baca Juga: Ketua MPR Sebut Kaji Ulang Kebijakan Tapera, Sekali Penarikan Iuran Bisa Triliunan: Rawan Penyelewengan

Program JHT memberikan manfaat yang sama dengan Tapera. Yakni, KPR, pembangunan rumah, atau renovasi rumah. Dalam aturan tersebut, nilai besaran program uang muka perumahan yang diberikan kepada peserta terbilang cukup besar. Untuk KPR paling banyak Rp 500 juta dan untuk renovasi paling banyak Rp 200 juta.

Selain MLT perumahan, pekerja bisa menggunakan Pasal 37 ayat (3) UU SJSN untuk menggunakan paling banyak 30 persen dari saldo JHT-nya untuk perumahan. Dengan syarat, sudah menjadi peserta minimal 10 tahun.

”Jadi, ada overlapping antara MLT perumahan dengan UU Tapera. Oleh karenanya, maksimalkan saja MLT perumahan dan Pasal 37 UU SJSN untuk keperluan perumahan pekerja. Sehingga pekerja tidak perlu lagi dibebani dengan wajib membayar iuran di Tapera,” tegasnya.

Dia mengusulkan agar pemerintah dan DPR segera merevisi UU Tapera, khususnya Pasal 7, 9, dan 18, dengan mengubah kewajiban bagi pekerja menjadi kepesertaan sukarela. Pemerintah juga sebaiknya fokus untuk pemenuhan kebutuhan rumah bagi ASN dan masyarakat, termasuk masyarakat miskin melalui bantuan APBN.

Baca Juga: Menggelegar! Pandawa 5 Bela Imam Budi Hartono Jadi Walikota Depok di Pilkada, Ajak Partai Lain Bergabung

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fahmi Akbar

Sumber: Jawa Pos

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X