Pernyataan ini disampaikan Direktur Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional UI, Arie Afriansyah.
“UI selama ini dan selanjutnya akan selalu terbuka jika diperlukan oleh pihak terkait (kepolisian) dan pak Rektor telah berencana akan menemui pihak keluarga juga,” tegasnya.
Arie Afriansyah mengatakan, waktu dan lokasi pertemuan antara Rektor UI dan keluarga Akseyna masih dalam proses koordinasi, dan pertemuan tersebut akan menjadi bentuk silaturahmi dari pimpinan UI kepada keluarga korban.
Baca Juga: Selalu Dinantikan! Inilah Resep Opor Ayam Menu Spesial Lebaran, Enak dan Mudah
“Masih dikoordinasikan terkait waktunya. Begitu juga agenda detilnya. Yang pasti silaturahmi sebagai pimpinan UI,” papar Arie Afriansyah.
Misteri kasus kematian Akseyna Ahad Dori (19), mahasiswa UI yang ditemukan meninggal pada Kamis (26/3/2015) silam masih belum terpecahkan hingga kini.
Padahal, kasus tersebut terjadi sejak satu dekade yang lalu. Polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di beberapa tempat, memeriksa saksi, termasuk mengusut ulang kasus kematian Akseyna pada 2024.
Baca Juga: 6 Menu Masakan Khas Lebaran dari Rendang Hingga Opor Ayam yang Menggugah Selera
Namun, upaya tersebut masih belum membuahkan hasil dan pelaku serta penyebab pasti kematian Akseyna masih menyisakan tanda tanya. Akseyna saat itu awalnya ditemukan tanpa identitas mengambang dengan menggunakan tas berisi sejumlah batu dan diduga tewas karena bunuh diri.
Identitas jenazah baru diketahui pada Selasa (31/3/2015) setelah keluarga korban memastikan bahwa sosok yang mengambang di Danau Kenanga adalah Akseyna.
Polisi kemudian menemukan tulisan tangan yang diduga milik Akseyna setelah jenazah korban ditemukan di Danau Kenanga. Lokasi penemuan tulisan tangan berada di dinding indekos korban di Wisma Widya, Gang H. Usman, Kukusan, Depok. Tulisan yang ditemukan polisi berisi pesan "will not return for please dont search for existence my apologies for everything eternally".
Baca Juga: Resep Kacang Kribo Gurih dan Renyah yang Bikin Gak Berhenti Ngemil!
Meski begitu, polisi tidak langsung percaya bahwa tulisan tersebut adalah milik Akseyna. Polisi memutuskan melakukan uji laboratorium dan membandingkan tulisan tangan dengan keterangan dari grafolog untuk memastikan kebenarannya. Setelah melewati rangkaian penyelidikan, tulisan tersebut dipastikan bukan sepenuhnya buatan Akseyna.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti pada saat itu, menjelaskan, polisi menemukan tanda kekerasan pada jenazah Akseyna. Temuan tersebut menguatkan dugaan bahwa korban sengaja dibunuh, bukan mengakhiri hidup.
Meski begitu, temuan luka pada jenazah Akseyna tidak serta merta membuat kasus kematian Akseyna semakin terang.
Artikel Terkait
Kriminolog : Kematian Akseyna Titik Kelemahan Kepolisian, Meninggal Sebelum Olimpiade Biologi
Keluarga Akseyna Protes Surat Kompolnas
Kematian Akseyna di UI Depok : Sewindu Dibuat Semu
Praktisi Hukum, Deolipa Yumara Beberkan Penyebab Kasus Akseyna Tak Kunjung Terungkap
Mengulas 10 Tahun Kematian Akseyna Ahad Dori, Keluarga : Enggak Bisa atau Enggak Mau Diselesaikan!?