RADARDEPOK.COM - Nama Margonda lebih dikenal sebagai nama jalan di kota Depok, padahal jika melihat sejarahnya Margonda lebih dari sekedar nama jalan. Beliau adalah legenda revolusi yang rela gugur demi membela bangsa Indonesia.
Berikut kisah tentang Margonda jika mengunjungi Museum Perjuangan Bogor di jalan Merdeka nomor 56, akan terlihat sebuah foto hitam putih yang nyaris lucu bertulisan Margonda. Fotonya berdampingan dengan foto kapten TB muslihat dan Letnan Jendral Ibrahim Adjie, tapi itu bisa di maklumi karena mereka adalah para sahabat dekat Ibrahim.
Baca Juga: Mario Dandy Ancam David Ozora lewat Ponsel AG, Disebut akan Ditembak
Adjie adalah salah seorang komandan Batalyon yang menjadi ujung tombak tentara keamanan rakyat, atau di singkat TKR di Depok. Sedangkan Kapten Tubagus Muslihat adalah pimpinan TKR Bogor yang gugur dalam pertempuran di sekitar stasiun Bogor pada Desember 1945.
Adapun sosok Margonda sendiri kurang begitu dikenal banyak orang, padahal beliau ini menjadi pimpinan angkatan muda Republik Indonesia atau di singkat AMRI.
Dalam buku sejarah perjuangan Bogor terbitan tahun 1986, di terangkan bahwa AMRI pimpinan Margonda ini sudah dahulu berdiri dari BKR atau badan keamanan rakyat. AMRI bermarkas di Jalan Merdeka, umur kelompok ini relatif singkat lantaran sebagian anggotanya banyak yang bergabung dengan BKR Pessindo atau Pemuda sosialis Indonesia Chris kebaktian rakyat Indonesia Sulawesi dan sebagiannya.
Baca Juga: IBH All Out Pilkada Depok, Ubedillah Bandrun : Kaesang Jalankan Dinasti Gaya Baru
Pada tanggal 11 Oktober 1945, Margonda bersama pasukannya dari AMRI dan para pejuang dari Bogor dan sekitarnya menyerbu Depok. Karena kota tersebut tidak mau bergabung dengan Republik Indonesia.
Dengan di lepas sang istri tercinta Maimunah, Margonda dan kawan-kawan berangkat dengan menggunakan kereta api dari stasiun Bogor, saat itu di Depok sudah tidak terkendali. Ribuan pemuda yang mengapung sudah berhasil menguasai kota Depok. Namun, tidak berapa lama datang pasukan sekutu untuk merebut Depok kembali.
Pertempuran yang tidak seimbang Itupun membuat para pejuang mundur untuk menyusun kekuatan, puncaknya serangan balik dilangsungkan pada tanggal 16 November 1945 dengan sandi perang serangan kilat. Pertempuran antara sekutu dengan para pejuang semakin sengit sampai-sampai perang tersebut berlangsung hingga sehari semalam.
Baca Juga: Indonesia vs Palestina : Saatnya Dongkrak Ranking, Berikut Susunan Pemain dan Jadwal Main
Dalam peristiwa tersebut banyak pejuang Republik yang gugur termasuk Margonda yang tertembak di daerah Kalibata Depok. Margonda yang lahir di Baros Cimahi Bandung pada tahun 1918 akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 27 tahun.
Namanya tertulis bersama nama para pejuang lain yang gugur dalam berbagai pertempuran di dinding Museum Perjuangan Bogor.
Gugurnya Margonda ternyata tidak di ketahui oleh sang istri Maimunah, ia sangat merindukan suaminya dan kerap datang ke stasiun Bogor bersama anak perempuannya yang baru bisa berjalan.
Untuk mencari kabar sekaligus menyambut kedatangan suami tercinta. Namun, penantiannya tidak terbalas. Sang suami tidak kunjung datang menemuinya walaupun perang telah berakhir pada tahun 1949.
Artikel Terkait
2024, Banjir di Jalan Margonda dan Arif Rahman Hakim Depok Tuntas
Trotoar Jalan Raya Margonda Depok Dikeluhkan Pejalan Kaki
25 Lampu Etnik Bikin Indah Jalan Margonda Depok