Oleh Hazairin Sitepu
RADARDEPOK.COM - Satu masalah penting yang menjadi sebab banyak penduduk Pulau Rempang menentang pembangunan Rempang Eco City adalah belum jelasnya ke mana mereka akan direlokasi. “Belum tau. Katanya ke Pulau Galang,” kata seorang tokoh muda di Rempang Cate.
Saya pun pergi ke Pulau Galang. Hanya melewati satu jembatan: Jembatan Lima. Bertanya ke beberapa orang di pulau itu. Dan beberapa orang itu memang tau. ‘Tempat relokasinya di Dapur Tiga. Beberapa hari lalu mulai diratakan,” kata seorang pemuda.
Pergilah saya ke Dapur Tiga. Jaraknya kira-kira empat kilometer dari tempat anak muda itu. Jalannya aspal, mulus, tetapi tidak lebar.
Baca Juga: Rempang dalam Editorial (2) : Menu Ayam Penyet di Warung Atas Laut
Kemungkinan itu jalan kecamatan. Melewati beberapa bukit. Kira-kira 20 menit saya tiba di satu kampung di tepi laut. Itulah kampung Dapur Tiga.
Depan kampung yang penduduknya mayoritas nelayan itu ada pulau kecil. Penghuni pulau itu kebanyakan Suku Orang Laut.
Suku ini dulunya tingga di laut. Di atas perahu. Nomaden. Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Turun ke daratan bila ada keperluan belanja makanan, minuman atau lainnya.
Baca Juga: Rempang, Kampung Tua dan Pohon Kelapa
Sekarang kebanyakan Suku Orang Laut sudah tinggal di rumah. Dibangun di atas laut pinggir pantai. Sudah tidak di atas perahu. Tetapi belum di atas daratan sesungguhnya.
“Sekarang mereka sudah banyak yang masuk Islam,” kata seorang nelayan muda yang sedang merapikan jaringnya. Suku Orang Laut berada di beberapa pulau kecil di Rempang dan Galang.
Nelayan rajungan ini pun tidak mau berbicara tentang relokasi pendudukan Rempang. Satu kata pun. “Saya tiap hari di laut. Cari rajungan satu dua kilo,” katanya.
Baca Juga: Polwan Polri Beri Pendampinan Psikologi Buat Warga Pulau Rempang, Ini Tujuannya
Soal Rempang memang ada semacam gerakan tutup mulut oleh warga tertentu, di Rempang atau pun Galang. Entah mengapa.