“CISDI hadir bukan hanya buat edukasi, tapi mendorong perubahan sistemik melalui kader dan kebijakan. Kita ingin suara masyarakat sampai ke pengambil kebijakan,” tutup Nida.
Lebih lanjut, Nida memaparkan CISDI juga aktif memberikan rekomendasi kebijakan melalui policy brief kepada pemerintah. Dalam Festival Berani Sehat ini, salah satunya terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan label kemasan pangan.
CISDI, sudah berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional dan juga Pemprov DKI. Saat ini, pihaknya juga punya kader prima yang diperbantukan di Depok dan Bekasi.
“Guna membantu posyandu dan edukasi masyarakat,” papar Nida.
Nida juga menekankan, pentingnya kesadaran individu terhadap pola konsumsi sehari-hari.
“Kita perlu lebih sadar dengan apa yang kita konsumsi. Apa yang kita masukkan ke mulut hari ini, adalah investasi bagi kualitas hidup kita di masa depan,” ucapnya.
Terkait kandungan kebijakan pangan, Kandungan gula menurut Nida, berada di peringkat lima dunia dalam jumlah penderita diabetes. Ada 19,5 juta orang Indonesia yang mengalami diabetes.
“Ini jadi bukti bahwa konsumsi garam, gula, dan lemak masih tinggi,” tutur Nida Adzilah Auliani.
Kendati demikian, jelas Nida Adzilah Auliani melalui simulasi kantin sehat dan booth edukatif lainnya, pengunjung diajak memahami pentingnya label peringatan pada kemasan. Hanya butuh 10 detik untuk memutuskan membeli produk. Kalau ada label tinggi gula, tinggi lemak.
“Tindakan ini, menjadi bentuk nyata mendorong dan membantu bantu masyarakat dalam mengambil keputusan lebih sehat,” jelas Nida Adzilah Auliani.
Mengenai kebijakan soal label ini, lanjut Nida Adzilah Auliani, sebenarnya sudah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024. CISDI juga akan mendorong dalam implementasi dan mengajak masyarakat bersama sama. Label tersebut, memuat peringatan gambar dan teks mengenai kandungan tinggi gula, garam, atau lemak. Ini diharapkan bisa menjadi bagian dari kebijakan pemerintah dalam menciptakan lingkungan pangan sehat
“Label peringatan itu bukan sekadar informasi, tapi hak konsumen untuk tahu. Harapannya, kebijakan ini bisa menekan angka penyakit tidak menular di Indonesia,” ucap Nida Adzilah Auliani.
Sementara itu salah seorang pengunjung, Avika Tio Ananda mengaku, tertarik menghadiri festival karena mendapat wawasan lebih dari booth kader posyandu dan kantin sehat, yang dekat dengan pengalamannya saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Lampung Tengah.
“Festival Berani Sehat seperti ini, bisa menyuarakan ketimpangan layanan kesehatan dasar di daerah. Bisa lebih merata, berharap nantinya pemerintah perhatikan juga daerah-daerah kecil di luar Jabodetabek,” harap Avika.