utama

Banjir Bandang di Sumatera : 303 Meninggal, 279 Hilang

Senin, 1 Desember 2025 | 06:00 WIB
Warga Siteba bersama aparat membersihkan lumpur mengering di Jalan Berok pascabanjir, Minggu (30/11). E (ndang Pribadi/Padang Ekspres)

Kecamatan Tripa Makmur mencakup Panton Pange, Ujong Krueng, Mon Dua, Neubok Yee PP, Neubok Yee PK, Pasie kebeu Dom, Lueng Keube Jagat, Drien Tujoh, Babah Lueng, Kabu, hingga Kuala Simpang.

Belum lagi Kecamatan Tadu Raya yang mencakup Drsa Cot Mee, Desa Cot Mue, serta Alue Siron.

Sementara itu, korban meninggal di Sumatera Barat mencapai angka 90 orang. 85 warga masih dinyatakan hilang, lalu 10 luka-luka. Korban paling banyak berasal dari Kabupaten Agam.

Menteri Pertahanan Sjafri Sjamsoeddin, meninjau langsung bencana banjir bandang di Sumatera. (ist)

Jumlah pengungsi di Sumatera Barat adalah 11.820 KK atau sekitar 77.918 jiwa. Titik pengungsian berada di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan.

BPBD Kabupaten Agam mencatat, warga yang mengungsi di wilayahnya adalah sebanyak 4.000 orang. Mereka berasal dari Kecamatan Palembayan (167 orang), Ampek Nagari (600 orang), Palupuh (100 orang), dan Tanjung Mutiara (965 orang).

"Mereka tersebar di 11 dari 16 kecamatan di Agam. Ini merupakan data per Sabtu (29/11) pukul 20.00 WIB," ujar Kepala Pelaksana BPBD Agam, Rahmat Lasmono.

Selanjutnya, di Kecamatan Tanjung Raya (1.129 orang), Baso (30 orang), dan Malalak (135 orang). Lantas Banuhampu (10 orang), Matur (300 orang), Ampek Koto (778 orang), dan Lubuk Basung (129 orang).

BNPB buka suara, ihwal tidak ditetapkan banjir bandang di Sumatera sebagai bencana nasional.

“Ini masih dalam diskusi. Kita tidak perlu diskusi panjang lebar ya. Yang dimaksud dengan status bencana nasional yang pernah ditetapkan oleh Indonesia itu Covid 19 dan tsunami 2004. Cuma dua itu yang bencana nasional. Sementara setelah itu banyak terjadi bencana gempa Palu, gempa NTB, kemudian gempa Cianjur (bukan bencana nasional)," kata Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto.

Suharyanto mengatakan, penetapan status itu berdasarkan pertimbangan dari skala korban dan akses menuju lokasi bencana.

"Mungkin dari skala korban ya, kemudian juga kesulitan akses, bandingkan saja dengan kejadian sekarang ini. Memang kemarin kelihatannya mencekam ya, kan berseliweran di media sosial, enggak bisa bertemu segala macam. Tapi begitu sampai ke sini sekarang rekan media tadi hadir di lokasi kemudian tidak hujan," ujarnya.

Dia menilai, saat ini bencana di tiga provinsi itu masih berstatus bencana daerah tingkat provinsi.

"Coba di Sumatera Utara yang kemarin kelihatannya mencekam kan sekarang yang menjadi hal yang sangat serius tinggal Tapanuli Tengah. Daerah lainnya kelihatannya relatif masyarakatnya kita lihatlah, jadi saya tidak perlu menyampaikan apakah perlu tidaknya status darurat bencana nasional atau daerah. Tapi sekarang statusnya masih bencana daerah tingkat provinsi," ungkapnya.

Di tempat terpisah, Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Lana Saria mengatakan, bencana di Humbang Hasudutan, Agam, Mandailing Natal, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara, dipicu oleh tiga faktor utama. Curah hujan tinggi hingga ekstrem sebagai faktor dominan.

Halaman:

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB