Kondisi geomorfologi yang curam hingga sangat curam serta litologi yang lapuk dan mudah tererosi turut memperparah kerentanan wilayah tersebut.
"Peningkatan kapasitas masyarakat desa rawan bencana melalui identifikasi tanda awal longsor, jalur evakuasi, serta revitalisasi vegetasi lereng menjadi fondasi pencegahan di tingkat tapak," jelas Lana.
"Pengendalian tata guna lahan pada lereng curam termasuk pembatasan pembukaan lahan baru dan perbaikan drainase permukaan merupakan langkah struktural yang sangat menentukan dalam menurunkan risiko pada kawasan permukiman," jelasnya lagi.
Terkait longsor yang terjadi di dua kabupaten di Sumatera Utara, Lana menambahkan, lokasi bencana umumnya berada di kawasan perbukitan curam hingga sangat curam yang mengelilingi Kota Sibolga, khususnya di sisi timur-selatan.
"Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, secara umum Kota Sibolga berada pada zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi, yang berarti wilayah ini dapat dan atau sering mengalami kejadian gerakan tanah," ujarnya.
Pandangan serupa juga disampaikan Kepala Badan Meteorologi BMKG Teuku Faisal Fathani. Kata dia, BMKG menganalisis perkembangan signifikan Bibit Siklon Tropis 95B yang teridentifikasi sejak 21 November 2025 di perairan timur Aceh, Selat Malaka.
Baca Juga: Mahasiswa di Depok Keroyok Sesama Mahasiswa, Begini Kronologisnya
Analisis tersebut menunjukan bahwa 95B meningkatkan intensitas dan memicu potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat hingga ekstrem serta angin kencang di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan sekitarnya.
"Masyarakat di wilayah terdampak diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem akibat dampak dari Bibit Siklon 95B. Saat ini BMKG terus memantau intensitas 95B dan meminta stakeholder terkait untuk memastikan langkah mitigasi demi meminimalisir hal yang tidak diinginkan," jelas dia.
BMKG juga mendeteksi keberadaan Meso Siklon Konvektif Kompleks (Mesoscale Convective Complex/MCC) di Samudra Hindia barat Sumatera, yang berpotensi memicu bencana susulan.
Hal Ini perlu diwaspadai khususnya untuk wilayah Mandailing Natal, Sumatera Utara, dan mayoritas wilayah Sumatera Barat. MCC merupakan sistem badai petir berskala besar dan terorganisasi yang dapat menimbulkan hujan dengan intensitas sangat tinggi dalam durasi panjang, angin kencang, hingga hujan es. ***
Update Korban Bencana Banjir Bandang di Sumatera, Minggu (30/11)
SUMATERA UTARA
Meninggal
- 166 orang
Hilang
- 143 orang