Mendengar Suara sang Bunda Sebentar Saja Cukup Jadi Obat Kangen
Seperti almarhum suaminya dulu, ibunda Mario Suryo Aji mendukung sang anak lewat doa dan puasa yang tak pernah putus. Target Mario di musim ini: meraup poin lebih banyak dan bisa naik podium.
I’IED RAHMAT RIFADIN, Lombok Tengah
BEGITU sang bunda mengangkat telepon, kerinduan Mario Suryo Aji langsung tertumpah. ”Ma. Kangen, Ma. Love U, Ma. Love U, Ma,” katanya kepada Risworini, sang ibu.
Singkat saja. ”Lalu telepon ditutup,” tutur Risworini tentang tingkah anak ketiganya yang berkiprah di Grand Prix Moto3 tersebut tiap kali kangen dirinya.
Di sela menemani Mario latihan privat di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, akhir Januari lalu (26/1), Risworini menceritakan, telepon-telepon singkat maupun panjang dari Mario seperti itu sering kali dia terima sejak anak laki-lakinya tersebut harus hidup terpisah di Eropa.
Sejak tampil di ajang FIM CEV World Championship mulai 2019 sampai 2021, lanjut bertarung di Grand Prix Moto3 2022 dan 2023, Mario memang harus terus berada di Eropa untuk menjalani kamp dan rentetan balapan setahun penuh.
Hanya ketika off season seperti saat ini, pembalap asal Magetan, Jawa Timur, tersebut bisa pulang ke tanah air. Karena itu, memang cuma telepon maupun video call yang bisa mengobati rasa rindu. Dan, sering kali, Mario hanya ingin mendengar suara sang bunda sebentar tanpa banyak bicara untuk menghilangkan kerinduannya tersebut.
Baca Juga: Muhammad Hafiz Rabbani Bikin Bangga, Hafal 30 Juz Quran
”Orang lain melihat Mario pendiam. Tapi, sebenarnya dia itu ceria di keluarga. Ngomongnya sedikit, tapi lucu,” ucap Risworini kepada Jawa Pos (Grup Radar Depok) yang diundang manajer Mario, Kiagus Firdaus, untuk turut menyaksikan latihan sang pembalap di Mandalika.
Sejak hari pertama menjalani latihan di Sirkuit Mandalika, Mario terus didampingi Risworini. Saat Mario yang akan terbang ke Eropa pada Sabtu (18/2) ini telah turun ke lintasan, Risworini tak pernah melepas tasbih yang ada di tangan. Tanpa banyak bicara. Terus berdoa.
Hanya sesekali Risworini menengok ke lintasan, melihat sang anak sedang menggeber motor, berlap-lap, dengan kecepatan lebih dari 300 km/jam. ”Dari dulu memang seperti ini. Doa, Tahajud, puasa nggak pernah putus,” katanya.
Baca Juga: Menyelami Komunikasi Lensa Anak Terminal Depok, Belajar Fotografi Hingga Lolos Ajang JIPFest 2022
Dulu almarhum sang suami, Hartoto, juga demikian. ”Tiga tahun puasa Daud ndak pernah putus. Untuk Mario dan anak-anaknya yang lain,” ucapnya.
Artikel Terkait
Korban Kecelakaan di Depok Pura - Pura Diselamatkan Pelaku, Dibuang di Semak - Semak Lalu Meninggal
Tahun Ini Angkot Ber AC Mulai Beroperasi di Depok
Biaya Haji di Depok Naik Rp 10 Juta
Kelelahan, Kurir Pengantar Paket Tewas Tergeletak di Pinggir Jalan
Erick Thohir jadi Ketum PSSI, Persikad 1999 Minta Liga 2 dan 3 Dilanjutkan