RADARDEPOK.COM-Kakek dan jenazah cucunya yang diboncengkan Dharmawansya tak mampu membayar biaya ambulans Rp 700 ribu. ”Jadi, saya antar, seberapa pun dia kasih, saya tidak minta, sukarela,” katanya.
MUHSIN, Makassar
MAKASSAR memang sudah tak lagi hujan. Tapi, orang-orang masih terus menanyakan pengalaman Dharmawansya mengantarkan jenazah puluhan kilometer.
”Saya teringat keponakan saya. Jenazahnya juga diantar menggunakan sepeda motor,” kata pengemudi ojek online itu kepada FAJAR Sabtu (15/6) lalu, sepulangnya dari Pangkep, mengantar dengan sepeda motor seorang kakek yang membopong cucunya yang masih bayi yang sudah meninggal.
Jarak dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan, ke Pangkep sekitar 53 kilometer. Jarak tersebut membutuhkan waktu sekitar 1 jam 15 menit perjalanan darat untuk menempuhnya.
Bayangkan, selama itu dan di belakang punggung ada seorang bayi yang telah kehilangan nyawa. Dan, seorang kakek yang harus bertahan menahan duka. ”Kami tak banyak berbicara selama perjalanan,” kenang Dharmawansya yang tak sempat menanyakan nama si kakek dan cucunya yang telah meninggal.
Barangkali, dalam satu jam lebih itu, dunia keduanya, mengutip Sapardi, tertimbun dunia yang tak habisnya bercakap. Apalagi, mereka juga tak saling mengenal sebelumnya. Persilangan nasib saja yang mempertemukan mereka.
Baca Juga: Kisah Agen Mata-Mata di Film The Operative Malam Ini di Bioskop Trans TV
Wawan, sapaan akrab Dharmawansya, sudah hendak meninggalkan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Tadjuddin Chalid Makassar Sabtu pagi itu setelah mengantarkan order makanan saat Herman, seorang staf RS, mencegatnya. Dia menanyakan tarif offline ojek ke Pangkep. ”Saya kira ini cuma penumpang. Terus saya bilang, kalau ke Pangkep itu agak jauh, saya tidak tahu berapa tarifnya," terang dia.
Orang tersebut kemudian menjelaskan bahwa ada orang tidak mampu membayar biaya pengantaran mobil jenazah. ”Terus dia bilang orang tidak mampu itu di dalam, kasihan, saya mau bayarkan juga, katanya. Saya bertanya lagi, ini sebenarnya apa yang mau diantar dan dia bilang ada jenazah di dalam," sebutnya.
Kaget, Wawan spontan bertanya kenapa tidak pakai ambulans. ”Dia bilang mahal, dimintai Rp 700 ribu sampai Rp 800 ribu," katanya.
Pada titik itulah Wawan teringat keponakannya. Dia dan keluarga pernah berada di titik seperti sang kakek. ”Jadi saya antar, seberapa pun dia kasih, saya tidak minta, sukarela," ungkapnya.