Kemudian, saat pesawat terbang menjemput jamaah untuk pulang ke tanah air, juga dibanderol dengan harga penuh. Padahal, ketika pesawat pulang ke tanah air dan menjemput jamaah haji, isinya kosong.
”Kami tidak ingin Garuda rugi. Tetapi, Garuda juga jangan zalim kepada jamaah haji,” kata dia.
Baca Juga: Meriah, Al Mubarok 33 dan Abe Center Bersalawat di Depok
Pesawat dalam kondisi kosong tapi dikenai tarif full, menurut dia, adalah bentuk kezaliman kepada jamaah. Dia mengatakan, Garuda harus bisa mengatur sedemikian rupa supaya penerbangan tanpa jamaah itu bisa lebih hemat dan tidak dibebankan ke jamaah. Ismed memperkirakan biaya penerbangan bisa dikepras sekitar Rp 15 juta.
Dia juga mengatakan, potensi lain untuk menghemat biaya haji adalah melobi pemerintah Saudi supaya mengizinkan bandara Thaif untuk kepulangan jamaah. Selama ini kepulangan jamaah dari berbagai penjuru dunia menumpuk di bandara Jeddah dan Madinah.
Baca Juga: Pemotor Tewas Terlindas di Raya Muchtar
Dia menjelaskan, ada informasi bahwa bandara Thaif selama ini sejatinya sudah digunakan untuk penerbangan haji bagi negara lain. Dia berharap Indonesia juga bisa mendapatkan akses menggunakan bandara tersebut. Jika itu bisa dilakukan, masa tinggal jamaah akan lebih singkat dan biaya haji dapat dihemat Rp10 juta.
”Setidaknya dengan adanya penghematan lain di sektor katering, bisa ada penghematan Rp 30 juta sampai Rp 35 juta,” katanya.
Dengan demikian, beban biaya haji yang ditanggung jamaah tidak sampai Rp 69 juta seperti usulan Kemenag saat ini.
Baca Juga: Apa Saja Dokumen yang Harus Disiapkan Untuk Pendaftaran CPNS berikut dengan Link nya
Seperti diketahui, Kemenag mengusulkan jamaah menanggung 70 persen biaya riil haji. Sisanya yang 30 persen diambil dari nilai manfaat di Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Total biaya riil haji tahun ini diusulkan Rp98,8 jutaan. (ger)
Jurnalis : Gerard Soeharly