Minggu, 21 Desember 2025

Tonjolkan Identitas Kesenian, Ade Wardhana dengan Angklung Gubrag, Rudy Susmanto Lewat Reog

- Jumat, 26 Juli 2024 | 10:43 WIB
Ade Wardhana (kiri) dengan angklung gubrag dan Rudy Susmanto dengan reog.
Ade Wardhana (kiri) dengan angklung gubrag dan Rudy Susmanto dengan reog.

RADARDEPOK.com - Kontestasi Pilkada 2024 di Kabupaten Bogor semakin memanas. Meski begitu, nuansa kebudayaan dan kesenian yang melingkupinya juga tak bisa dianggap angin lalu.

Jika Rudy Susmanto sempat ditunjukkan bergandengan dan diarak kesenian Reog Ponorogo, Ade Wardhana Adinata lebih dulu berangkat dari kesenian asli Angklung Gubrag

Sejak awal, Ade sudah menunjukkan perhatian yang serius terhadap perkembangan seni dan budaya. Ia benar-benar mengangkat "derajat" Angklung Gubrag dari Kabupaten Bogor, yang kini mengantongi sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

Lantas, apa sebenarnya Angklung Gubrag itu?

Baca Juga: Upaya Serua Depok Tekan Angka Stunting di RW8 dan RW14 : 15 Balita Diintervensi, Warga Harus Berperan

Angklung Gubrag merupakan warisan budaya dari Kabupaten Bogor yang digolongkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) pada tahun 2021.

Kesenian ini merupakan salah satu warisan budaya yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan Cigudeg, khususnya di Kampung Cipining, Desa Argapura.

Angklung Gubrag juga dianggap warisan budaya tertua di wilayah tersebut yang usianya mencapai 5 abad. Disebutkan pula, sebelum adanya Belanda, Angklung Gubrag sudah ada dan menjadi salah satu ikon Kabupaten Bogor.

Angklung Gubrag memiliki ciri khas yaitu berukuran besar dan berbeda dengan angklung pada umumnya. Tingginya antara 50 centimeter hingga 1 meter.

Baca Juga: Tiga Pilar Kecamatan Sukmajaya Depok Perketat Keamanan dan Ketertiban, Ajak Ormas Bersinergi!

Bambu yang digunakan untuk angklung gubrag ini menggunakan bambu besar yaitu bambu surat.

Angklung Gubrag biasanya digunakan oleh masyarakat untuk menghormati Dewi Padi. Mulai dari kegiatan mulai dari menanam padi, mengangkut hingga menempatkan padi ke lumping padi atau leuit.

Pada mulanya, masyarakat mengalami kekeringan panjang. Mereka memikat Dewi Padi dengan hiburan musik dari angklung.

Dengan suburnya kembali padi, pertanda bahwa Dewi Sri turun (nga-gubrag) lagi ke bumi untuk memberi kemakmuran kepada rakyat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X