Senin, 22 Desember 2025

Dedi Mulyadi Soroti Sistem Pendidikan Saat Ini: Hilangnya Ikatan Emosional Antara Pengajar dan Pendidik

- Rabu, 24 September 2025 | 15:40 WIB
Gubernur Jawa Bafrat, Dedi Mulyadi soroti sistem pendidikan Jawa Barat dengan hubungan pengajar dan murid yang tidak ada ikatan emosional (Tangkapan layar Youtube LEMBUR PAKUAN CHANNEL)
Gubernur Jawa Bafrat, Dedi Mulyadi soroti sistem pendidikan Jawa Barat dengan hubungan pengajar dan murid yang tidak ada ikatan emosional (Tangkapan layar Youtube LEMBUR PAKUAN CHANNEL)

RADARDEPOK.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, hadir dalam acara Stadium General di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung pada Selasa, 23 September 2025.

Dalam pidatonya, Dedi menyampaikan pandangan kritis mengenai arah pembangunan Jawa Barat, termasuk kondisi sosial, lingkungan, dan khususnya dunia pendidikan.

Dedi menyoroti bahwa sistem pendidikan saat ini cenderung menekankan aspek akademis dan digital semata, tanpa memperhatikan ikatan emosional antara pengajar dan murid.

Baca Juga: UPT Penataan Bangunan Ciampea Telusuri Penyebab Banjir Puraseda : Ada Indikasi karena Warga Mendirikan Bangunan

Menurutnya, hubungan batin yang seharusnya terjalin dalam proses belajar justru semakin hilang.

Dosen dalam satu ruangan dengan pergerakan digital, dia mengajarkan tentang masa depan, tentang AI. Tetapi dosen itu tak ada hubungan batin dengan muridnya. Akibatnya, yang disampaikan hanya sebatas pikiran akademik, tidak mengantarkan rasa dan cinta,” ungkapnya.

Ia menegaskan, pendidikan seharusnya tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, melainkan juga membentuk karakter.

Baca Juga: Tinjau Langsung Posko MBG di Cipongkor, Kepala BGN: Hentikan Sementara Layanan MBG di Titik Terdampak dan Instruksikan Evaluasi Menyeluruh SPPG

Kalau tidak mengasalkan rasa dan cinta, maka ucapan dosen bukan ucapan doa. Hanya kata-kata tanpa makna,” tambahnya.

Selain soal ikatan emosional, Dedi juga mengkritisi aturan jam belajar yang kaku dan lebih mementingkan administrasi ketimbang substansi.

Ia menuturkan pengalamannya berbicara langsung dengan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat mengenai jam pulang sekolah siswa.

Baca Juga: Pemkab Bandung Barat Tetapkan Status KLB Kasus Keracunan Makanan Bergizi Gratis yang Menimpa Puluhan Siswa

Saya bilang, bisa enggak anak-anak itu pulangnya jam 14.30 jam 13.30? Kepala Dinas mengatakan tidak bisa, karena guru nanti kehilangan jamnya, maka ia kehilangan nilai sertifikasinya. Maka setiap orang hanya mengejar jamnya, bukan esensi dari jam itu,” jelas Dedi.

Ia kemudian menegaskan, yang penting bukanlah panjangnya waktu belajar, melainkan kualitas interaksi yang tercipta.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febry Mustika Putri

Sumber: YouTube Lembur Pakuan Channel

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X