Minggu, 21 Desember 2025

Dedi Mulyadi Ungkap Alih Fungsi Lahan di Gunung Sebabkan Kerugian Lebih Besar dari Keuntungan

- Minggu, 23 November 2025 | 18:44 WIB
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam acara Musyawarah Tahunan ke-II Majelis Musyawarah Sunda (MMS) (Tangkapan layar Youtube LEMBUR PAKUAN CHANNEL)
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam acara Musyawarah Tahunan ke-II Majelis Musyawarah Sunda (MMS) (Tangkapan layar Youtube LEMBUR PAKUAN CHANNEL)

RADARDEPOK.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyoroti ancaman serius akibat alih fungsi lahan di kawasan pegunungan.

Menurutnya, keuntungan ekonomi jangka pendek dari eksploitasi lahan tidak sebanding dengan kerugian besar yang harus ditanggung ketika bencana alam terjadi.

Pernyataan tersebut ia sampaikan saat Musyawarah Tahunan ke-II Majelis Musyawarah Sunda (MMS) yang digelar di Gedung Sate, Kota Bandung, pada Sabtu, 22 November 2025.

Dalam sambutannya, Dedi Mulyadi atau sering disebut KDM menegaskan bahwa gunung dan kawasan hutan harus menjadi prioritas dalam upaya penyelamatan lingkungan.

Baca Juga: Menkeu Purbaya Tolak Baju Bekas Impor dan Tegaskan Dukungan pada UMKM Lokal: Kita Nggak Kalah dari Produk Impor

Ia menjelaskan bahwa sejak awal menjabat, ia langsung menetapkan kebijakan tegas berupa larangan alih fungsi lahan.

Apa yang harus diselamatkan? Gunung. Karena gunung harus diselamatkan, maka ketika saya menjabat, saya membuat kebijakan larangan alih fungsi lahan,” ujarnya.

Dedi juga menceritakan dialognya dengan Perhutani terkait kerugian yang ditimbulkan oleh alih fungsi hutan.

Baca Juga: Wakil Kepala BGN Pastikan Santri Pesantren Dapat MBG

Ia menuturkan bahwa meskipun ada pihak yang meraup keuntungan besar dari perdagangan kayu atau pengelolaan lahan, manfaat finansial tersebut tidak sebanding dengan biaya pemulihan bencana akibat kerusakan lingkungan.

Dedi menegaskan bahwa keuntungan triliunan rupiah yang didapat dari merusak alam tidak sebanding dengan biaya recovery lingkungan yang sering kali jauh lebih besar.

Dalam pandangannya, banyak kawasan yang disebut hutan sebenarnya telah kehilangan karakteristiknya sebagai hutan alami.

Ia menilai bahwa kawasan jati, pinus, dan tanaman sejenis lebih tepat disebut kebun produksi, bukan hutan.

Baca Juga: Liga Nusantara Mini Soccer Surabaya : Emang Jago! KSMI Jawa Barat Cukur Banten 4-0

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febry Mustika Putri

Sumber: YouTube Lembur Pakuan Channel

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X