RADARDEPOK.com – Kepala Stasiun Geofisika Sleman Ardhianto Septiadhi menengatakan Kulonprogo bagian selatan, Yogyakarta masuk dalam zona merah tsunami.
Hal itu disampaikan Ardhianto Septiadhi menyikapi kabar yang menyebut adanya potensi tsunami di Kulonprogo, Yogyakarta.
Menurut Ardhianto, Yogyakarta masuk dalam zona merah tsunami karena berada di zona subdiksi atau penunjaman sepanjang 150 hingga 200 kilometer, tempat dimana bertemunya lempeng Indo-Australia dengan Eurasia.
Pertemuan ini, kata Ardhianto membentuk zona megathrust dan berpotensi memicu gempa bumi besar.
Bahkan, berdasarkan pemetaan Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), skenario terburuk dari gempa bisa mencapai Magnitudo 8,7 dan berpotensi menimbulkan tsunami di wilayah selatan, termasuk Kulon Progo.
Ardhianto juga menyebut, Yogyakarta pernah dilanad tsunami pada tahun 1840 dan menyebabkan korban jiwa.
Meski begitu, Ardhianto tetap meminta masyarakat tidak panik dan diimbau untuk memahami langkah-langkah mitigasi dan tidak mudah terpancing kepanikan.
"Golden time kita kurang lebih hanya 10 menit setelah gempa terjadi. Jadi, kita harus siap, bukan takut," tegasnya.
Sebagai langkah antisipasi selama periode mudik Lebaran 2025, sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyarankan penerapan skema buka tutup lalu lintas di jalan lintas bawah jalur lintas selatan Kulonprogo.
Hal itu, bertujuan mengurangi kepadatan kendaraan dan mempermudah evakuasi manakala terjadi tsunami.
Meski begitu, Ardhianto juga menekankan agar masyarakat bisa memahami perbedaan antara potensi dan prediksi.
Menurut Ardhianto, prediksi selalu memiliki skala waktu yang jelas, layaknya prakiraan cuaca harian atau mingguan, sedangkan potensi tidak memiliki kepastian waktu kapan terjadi.