nasional

Dedi Mulyadi Soroti Anak Indonesia yang Berkarya di Luar Negeri Sering Tak Dihargai di Tanah Air: Penghargaan dan Dukungan Pemerintah Sangat Penting

Selasa, 9 September 2025 | 13:52 WIB
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi berpidato dihadapan siswa SMK Mitra Industri (Tangkapan layar Youtube LEMBUR PAKUAN CHANNEL)

RADARDEPOK.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menyampaikan pandangan kritisnya mengenai penghargaan terhadap anak bangsa yang berprestasi.

Dalam pidatonya di hadapan para siswa SMK Mitra Industri, ia menyoroti potensi besar anak Indonesia yang kerap tidak berkembang maksimal akibat hambatan birokrasi serta kurangnya penghargaan di negeri sendiri.

Pidato tersebut diunggah melalui kanal YouTube Lembur Pakuan Channel, dan mendapat perhatian karena menyentil fenomena nyata yang sering dialami para pelajar Indonesia di luar negeri.

Menurut Dedi, orang Indonesia sejatinya memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Namun, karya dan produktivitas mereka seringkali terhambat oleh sistem birokrasi yang rumit dan budaya saling meremehkan.

Baca Juga: Resmi Serahkan Jabatan Menteri Keuangan Kepada Purbaya Yudhi Sadewa, Sri Mulyani Ucapkan Selamat

Apakah orang Indonesia pintar-pintar? Pintar. Apakah orang Indonesia hebat-hebat? Hebat. Tetapi di Indonesia, berkarya berproduksi sering dihambat oleh birokrasi. Ekspektasi orang untuk berimajinasi seringkali dihambati, bahkan produktivitas sesama justru dilecehkan,” tegasnya.

Ia juga menyinggung kisah Rudi Habibie (B. J. Habibie muda) yang dihargai tinggi di Jerman, namun ketika kembali ke Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan besar untuk mengembangkan gagasannya.

Dalam kesempatan itu, Dedi menyampaikan harapan agar di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, ruang berekspresi bagi anak bangsa semakin terbuka luas.

Baca Juga: Langsung Terjual, Groundbreaking Hannam Jadi Bukti Tingginya Minat Hunian

Semoga kepemimpinan kini dan ke depan semakin luas ruang orang untuk berekspresi, menghormati produktivitas dalam negeri, dan menghormati orang-orang pandai di Indonesia. Dihormati, diberikan ruang, dan pendapatan yang cukup. Aga mereka tidak lari ke luar negeri,” ungkapnya.

Dedi menyoroti realita yang sering dihadapi mahasiswa Indonesia setelah lulus dari luar negeri.

Menurutnya, negara-negara maju biasanya menawarkan kontrak kerja dengan fasilitas lengkap dan gaji besar kepada lulusan terbaik.

Baca Juga: Cetak Atlet Profesional, Dispora Serahkan Alat Olahraga SportKids

“Kalau ada anak Indonesia kuliah di luar negeri, pasti yang terbaiknya dipanggil oleh negara itu. Mereka ditawari kontrak, produksinya ini, alatnya ini. Sehingga, lebih betah di sana. Tapi yang jadi problem, sudah punya idealisme sebagai nasionalis sejati, ditolak tawaran gaji besar di luar negeri, begitu balik ke Indonesia dicaci maki. Itu luar biasa. Itu yang tidak boleh lagi terjadi,” kata Dedi dengan tegas.

Halaman:

Tags

Terkini