RADARDEPOK.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, hadir dalam acara Stadium General di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung pada Selasa, 23 September 2025.
Dalam pidatonya, Dedi menyampaikan pandangan kritis mengenai arah pembangunan Jawa Barat, termasuk kondisi sosial, lingkungan, dan khususnya dunia pendidikan.
Dedi menyoroti bahwa sistem pendidikan saat ini cenderung menekankan aspek akademis dan digital semata, tanpa memperhatikan ikatan emosional antara pengajar dan murid.
Menurutnya, hubungan batin yang seharusnya terjalin dalam proses belajar justru semakin hilang.
“Dosen dalam satu ruangan dengan pergerakan digital, dia mengajarkan tentang masa depan, tentang AI. Tetapi dosen itu tak ada hubungan batin dengan muridnya. Akibatnya, yang disampaikan hanya sebatas pikiran akademik, tidak mengantarkan rasa dan cinta,” ungkapnya.
Ia menegaskan, pendidikan seharusnya tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, melainkan juga membentuk karakter.
“Kalau tidak mengasalkan rasa dan cinta, maka ucapan dosen bukan ucapan doa. Hanya kata-kata tanpa makna,” tambahnya.
Selain soal ikatan emosional, Dedi juga mengkritisi aturan jam belajar yang kaku dan lebih mementingkan administrasi ketimbang substansi.
Ia menuturkan pengalamannya berbicara langsung dengan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat mengenai jam pulang sekolah siswa.
“Saya bilang, bisa enggak anak-anak itu pulangnya jam 14.30 jam 13.30? Kepala Dinas mengatakan tidak bisa, karena guru nanti kehilangan jamnya, maka ia kehilangan nilai sertifikasinya. Maka setiap orang hanya mengejar jamnya, bukan esensi dari jam itu,” jelas Dedi.
Ia kemudian menegaskan, yang penting bukanlah panjangnya waktu belajar, melainkan kualitas interaksi yang tercipta.