Di sisi lain, kebijakan moneter juga dilonggarkan dengan menurunkan suku bunga dan mengalirkan likuiditas ke sistem keuangan. Menurutnya, langkah ini merupakan bentuk awal dari apa yang kini dikenal sebagai quantitative easing.
Purbaya menegaskan bahwa kebijakan tersebut menjadi salah satu penopang utama yang membuat perekonomian Indonesia tidak ikut jatuh.
Tak hanya di masa SBY, Purbaya mengungkap bahwa dirinya pun kerap memberikan masukan kepada Presiden Jokowi, terutama terkait perlambatan ekonomi yang terjadi pada 2015.
“Awal 2015 kita babak belur. Inflasi tinggi, ekonomi melambat. Fiskal di atas kertas ekspansi, tapi pelaksanaannya lambat. Mulai Mei 2015 barulah belanja infrastruktur dikebut habis-habisan,” jelasnya.
Baca Juga: Kenaikan Insentif Guru Belum Bisa di Depok, Begini Perhitungannya
Ia mengaku berada sangat dekat dengan proses tersebut.
“Saya bisikin di samping Pak Presiden waktu itu. Pak Jokowi. Enggak dibayar lagi. Enggak apa-apalah,” ujarnya sambil tersenyum.
Menurut Purbaya, sistem fiskal yang kuat, meski sering mendapat tekanan politik, justru menjadi penentu stabilitas ekonomi Indonesia hingga saat ini.***