"Sebenarnya tidak hanya Depok, tetapi saya juga kuliah di Depok, saya rasa salah satu faktornya adalah memang kurangnya pemahaman dari warga Depok tentang bagaimana setiap anak harus mendapatkan perlindungan, khususnya dari kekerasan," kata dia.
Kemudian juga pada perempuan, yang diperlakukan setara dengan pasangannya atau laki-laki.
"Jadi pemahaman tentang bagaimana kedudukan perempuan, istri di dalam rumah tangga itu juga diberikan pemahaman yang kuat, jangan mengandalkan masyarakat sipil, tapi ini kan juga kewajibannya Pemerintah Kota Depok," ujarnya.
"Apalagi ada slogan Kota Religius, Kota Smart City, itu kan sebenarnya harus relevan dan konsisten," sambung Mamik.
Baca Juga: Program Rutin Rabu di SMK Sari Farma Beji Timur Depok, Tekan Kedisiplinan dan Komitmen Siswa
Mamik Sri Supatmi menilai, kesejahteraan sosial itu punya dampak yang besar untuk perlindungan anak dan perempuan.
"Kalau kita kesulitan dalam hidup misalkan kemiskinan itu implikasinya kan pada KDRT, selain juga perspektif ya."
Namun Mamik menegaskan, bukan berarti semua orang miskin atau kelas sosial bawah itu melakukan kekerasan, tidak.
"Tapi situasi kesulitan ekonomi itu membuat faktor kerentanan perempuan dan anak-anak menjadi semakin berat," jelasnya.
"Tapi catatan saya yang khusus adalah kepada Pemerintah Kota Depok, semoga yang sekarang menjadi jauh lebih lebih baik, lebih aware, lebih paham tentang isu ini," pungkas Mamik Sri Supatmi. ***