Senin, 22 Desember 2025

Mengulas Tradisi Natal Kaoem Depok : 1962 Sempat Terputus, Pulang Kampung Saat Cuaca Dingin Capai Puncaknya

- Selasa, 24 Desember 2024 | 07:00 WIB
ZIARAH : Koordinator Bidang Sejarah YLCC, Boy Loen dan keluarganya saat melakukan ziarah di TPK Kamboja. SAMBUTAN : Presiden Soekarno atau Bung Karno saat memberikan sambutan acara Natal yang turut dihadiri Kaoem Depok, di Gereja Immanuel, Jakarta. (DOKUMEN PRIBADI)
ZIARAH : Koordinator Bidang Sejarah YLCC, Boy Loen dan keluarganya saat melakukan ziarah di TPK Kamboja. SAMBUTAN : Presiden Soekarno atau Bung Karno saat memberikan sambutan acara Natal yang turut dihadiri Kaoem Depok, di Gereja Immanuel, Jakarta. (DOKUMEN PRIBADI)

RADARDEPOK.COM - Pemilik 12 marga warisan Cornelis Chastelein, atau yang lebih dikenal dengan Kaoem Depok memiliki tradisi unik. Setiap Hari Raya Natal, mereka yang tersebar di sejumlah negara Eropa, Amerika hingga Afrika akan kembali ke kampung halamannya, Kota Depok. Tradisi ini mirip dengan mudik yang dilakukan umat Islam jelang Hari Raya Idul Fitri.

Sekelompok peziarah dengan pakaian didominasi warna putih berbondong bondong masuk ke area Tempat Pemakaman Kristen (TPK) Kamboja yang dikelola Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) di Jalan Kamboja, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoranmas, Senin (23/12).

Dua hari sebelum Hari Raya Natal 2024 ini, satu per satu peziarah mulai berdatangan ke TPK Kamboja. Suasana sepi yang melekat pada pemakaman peninggalan Belanda itu sejenak berubah.

Seperti pada umumnya, rombongan peziarah yang melangkahkan kaki masuk ke TPK Kamboja itu turut membawa bekal seperti bunga, air mawar, dan kitab suci Umat Kristen, Alkitab.

Baca Juga: Rasanya Pedas dan Segar! Inilah Resep Steamboat Tomyam Rumahan Ekonomis untuk Malam Tahun Baru

Masuk ke area TPK Kamboja, rombongan peziarah yang didominasi kaum lansia ini mulai mengarah kepada salah satu makam yang bentuknya megah, lebar, dengan punggungan berbentuk segitiga.

Sesampainya disana, satu per satu dari peziarah itu mulai berlutut dengan pandangan yang mengarah kepada batu nisan. Taburan bunga, dan harum mawar mulai tercium dari area tersebut.

Dari kejauhan, kelompok peziarah itu memiliki wajah sebagaimana warga Indonesia pada umumnya. Namun, beberapa diantaranya memiliki kulit putih seperti orang Belanda.

"Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur. Haleluya, Amen," tutur pria yang memimpin rombongan peizarah tersebut.

Ternyata, pemimpin peziarah itu tidak begitu asing dalam dunia sejarah Kota Depok. Dia adalah Boy Loen yang saat ini menjabat Koordinator Bidang Sejarah YLCC.

"Ziarah ini merupakan tradisi Kaoem Depok atau pemilik 12 marga jelang Hari Raya Natal. Jadi, mereka yang tinggal di Depok maupun di luar Depok, ada juga yang di luar negeri, mereka kembali untuk nyekar ke makam keluarganya," jelas Boy Loen.

Baca Juga: Depok Raya FC Bidik Kemenangan Perdana di Liga 4 Seri 1 Jawa Barat, Deny Kartika : Gas Sejak Menit Awal!

Umumnya, setiap peziarah di TPK Kamboja memiliki hubungan erat dengan Kaoem Depok, atau pewaris 12 marga yang diberikan Tuan Tanah Depok, Cornelis Chastelein.

"Terutama yang kembali saat Natal dan Tahun Baru itu mereka masih punya keluarga atau orangtua di Depok, atau keluarga mereka yang dimakamkan di TPK Jalan Kamboja mereka pasti nyekar, lalu kumpul keluarga," beber Boy Loen.

Boy Loen mengungkapkan, Kaoem Depok menyebut TPK Kamboja dengan istilah Kerkhof, atau memiliki arti pemakaman dalam bahasa Indonesia. Pemakaman itu menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi keluarga pewaris 12 marga yang sudah berpulang lebih dulu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X