RADARDEPOK.com - Penolakan terhadap rencana penurunan potongan komisi dari 20 persen menjadi 10 persen kembali disuarakan oleh para pengemudi ojek online (ojol) di wilayah Jabodetabek.
Lima komunitas besar yang mewakili ribuan mitra aktif menyatakan bahwa sistem komisi saat ini masih berada dalam koridor yang wajar, adil, dan memberikan manfaat berkelanjutan baik bagi mitra driver maupun aplikator itu sendiri.
Salah satu penolakan tegas datang dari Hendi Mustopa, Ketua Komunitas SGC Bogor 1B.
Menurut Hendi, selama ini skema komisi 20 persen tidak pernah menjadi persoalan serius bagi driver, selama sistem dan layanan aplikator berjalan dengan baik.
Baca Juga: Rudy Susmanto dan Jaro Ade Kembali Hidupkan Program Warisan RY, Apa Itu? Simak Selengkapnya
“Potongan 20 persen itu bukan sekadar angka, tapi bagian dari sistem. Kami sebagai mitra masih mendapatkan banyak manfaat dari skema ini, seperti perlindungan asuransi, fitur-fitur keamanan di aplikasi, layanan bantuan darurat, dan customer service yang responsif. Kalau potongan dikurangi tanpa hitungan yang matang, justru yang rugi kami juga,” ujar Hendi.
Hendi menambahkan bahwa ada kekhawatiran besar di kalangan mitra jika penurunan komisi dilakukan tanpa memperhatikan keberlangsungan finansial aplikator.
Menurut Hendi, apabila perusahaan tidak lagi mampu memberikan insentif, layanan teknis, hingga perlindungan dasar kepada mitra, maka akan timbul keresahan di lapangan yang bisa berdampak pada kinerja dan produktivitas para driver.
Senada dengan itu, Adi Giri, Ketua Komunitas SGC Depok 2, menyampaikan bahwa yang dibutuhkan oleh para mitra saat ini bukanlah penurunan potongan semata, tetapi kestabilan platform dan kepastian akan keberlanjutan ekosistem.
Baca Juga: Teh Petra Bikin Skrining Pasien HIV/AIDS di Puskesmas Jampang Satset!
“Bagi kami yang masih aktif narik setiap hari, justru lebih penting menjaga platform tetap hidup. Kalau aplikator sampai kesulitan operasional karena dipaksa menurunkan komisi, siapa yang rugi? Kami juga yang akan kehilangan mata pencaharian,” katanya.
Ignatius Bima Satya, Ketua Komunitas SGC Jakarta Selatan 2, menambahkan bahwa komisi 20 persen justru merupakan bentuk kontribusi bersama untuk membangun dan mempertahankan ekosistem digital yang kini menjadi tulang punggung pekerjaan ribuan orang di Jabodetabek.
“Bayangkan kalau komisi diturunkan, dan Grab atau aplikasi lain tidak bisa memberikan layanan maksimal lagi. Layanan bantuan berkurang, promo pelanggan hilang, dan insentif dikurangi. Akibatnya kami juga yang kehilangan kesempatan,” ujar Bima.
Menurut Bima, potongan 20 persen selama ini telah terbukti mampu menopang berbagai program seperti GrabBenefits, pelatihan digital, beasiswa anak mitra, hingga kegiatan komunitas yang memberi dampak sosial luas.
Artikel Terkait
Luar Biasa! Sekolah Tunas Global Depok Wakili Indonesia dalam Festival Budaya di Taiwan
Kasus Oknum Dewan Asusila RK Tak Boleh Dianggap Remeh, Novi Anggraini : Pemkot Depok Jangan Menunggu Putusan Hakim
Kompak! IMA Chapter Depok dan FIFGROUP Berkolaborasi di Temu Pendidik Nasional ke 12, Ini yang Dilakukan
Turnamen di RW5 Bojongsari Baru Depok : 13 Klub Voli Anak-anak Siap Unjuk Gigi, Sudah Tahun Ketiga Penyelengaraan
Emas dan Uang Raib Digondol Maling, Guru Ngaji asal Tapos Depok Merugi Rp61 Juta, Begini Ceritanya!
Wakili Indonesia, 16 Siswa Tunas Global Depok Bakal Berlaga di YICFFF
Musda KNPI Kota Depok : Ketua OC Yusril S Kaimudin, Ketua SC Suryadi, Pendaftaran Kandidat Dibuka 1 Agustus