“Biasanya saya pakai Super karena lebih irit dan mesin motor juga lebih awet, tapi sekarang terpaksa pakai pertamax,” jelas Rudi.
Berdasarkan laman resmi Shell. Manajemen Shell mengungkapkan bahwa produk bensin Shell masih belum tidak tersedia di beberapa jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan.
"Shell Indonesia menginformasikan bahwa produk bensin Shell tidak tersedia di beberapa jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan. Mohon maaf atas ketidaknyamanan yang Anda alami dan terima kasih telah memilih BBM berkualitas tinggi dari Shell," tulis keterangan tersebut.
Sementara itu, Presiden Direktur BP-AKR Vandra Laura mengatakan pihaknya saat ini masih belum bisa menyediakan BBM secara lengkap. Artinya ada jenis bbm yang tidak tersedia.
"Sampai saat ini memang produk kami tidak lengkap gitu," katanya.
Penyebab kekosongan terjadi bukan karena adanya kendala pengadaan BBM ke sejumlah SPBU. Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan kekosongan tersebut terjadi karena adanya peningkatan pembelian BBM di SPBU swasta.
Khususnya untuk BBM non subsidi. Yuliot menjelaskan saat ini masyarakat mulai beralih dalam mengkonsumsi BBM dari yang sebelumnya menggunakan BBM subsidi, menggunakan BBM non-subsidi.
Menurut Yuliot, peralihan ini dikarenakan adanya kewajiban penggunaan QR code untuk pembelian BBM subsidi Pertalite di Pertamina yang memerlukan pendafatarn dan kesesuaian dengan kendaraannya.
"Jadi untuk peningkatan itu kan karena ada shifting juga. Ini kan Pertamina kan mewajibkan menggunakan QR code Pertamina. Itu sementara masyarakat karena itu perlu mendaftar, kemudian mereka juga mungkin CC kendaraannya tidak sesuai. Terjadi shifting yang tadinya dari subsidi pertalite itu menjadi non-subsidi. Jadi ini terjadi peningkatan," katanya.
"Menurut hitungan kami itu shifting yang terjadi itu sekitar 1,4 juta kiloliter. Jadi itu yang menyebabkan itu ada peningkatan permintaan untuk badan usaha swasta," tambahnya.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia menyebut, badan usaha swasta penyedia BBM di Indonesia bisa bekerja sama untuk membeli stok BBM dengan PT Pertamina. Hal itu menyusul kosongnya pasokan BBM jenis bensin di SPBU Shell hingga BP-AKR.
Bahlil mengatakan, sejatinya pemerintah telah menambahkan kuota impor BBM sebanyak 10% untuk tahun 2025, khususnya untuk badan usaha swasta. Dia memastikan stok BBM nasional masih tersedia.
Maka dari itu, badan usaha swasta bisa meminta pasokan BBM ke Pertamina secara business to business (B to B).
"Tapi kalau meminta tambah, saya katakan, bahwa persediaan nasional kita masih ada. Jadi bisa dilakukan kolaborasi B to B dengan persediaan nasional," ujarnya.
Dengan tambahan kuota impor BBM hingga 10% di tahun ini, Bahlil menyebutkan seharusnya tidak ada kelangkaan BBM di dalam negeri.
Artikel Terkait
Pledoi Rudy Kurniawan Keukeuh Bantah Ada Pencabulan
Kota Depok Gigit Jari! Persikad Sumbang PAD ke Kabupaten Bogor Rp727 juta, Begini Rinciannya
Pemerintah Gelotorkan Rp200 Triliun ke Bank Pelat Merah, UMKM Depok Hanya jadi Penonton : KUR dengan Agunan jadi Masalah
Perumahan di Limo Depok Suka Janji Palsu : Konsumen Sudah Bayar, Rumah Tidak Selesai
Arumsari Prasetyowati Jabat Ketua DWP Depok, Periode 2024-2029 Dikukuhkan
Jos! Depok Peringkat Dua Kejuaraan Menembak Disabilitas
Tegas! BEM UI Desak Transparansi Anggaran Wisuda