Minggu, 21 Desember 2025

Bangkai Orangutan Ditemukan di Hilir Sungai Garoga, Diduga Terdampak Banjir dan Longsor

- Selasa, 16 Desember 2025 | 06:15 WIB
Satu bangkai orangutan ditemukan di wilayah Pulau Pakat, hilir Sungai Garoga, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pasca banjir dan longsor yang melanda kawasan tersebut. (PANCA/METROPOLITAN)
Satu bangkai orangutan ditemukan di wilayah Pulau Pakat, hilir Sungai Garoga, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pasca banjir dan longsor yang melanda kawasan tersebut. (PANCA/METROPOLITAN)

RADARDEPOK.COM  — Satu bangkai orangutan ditemukan di wilayah Pulau Pakat, hilir Sungai Garoga, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pasca banjir dan longsor yang melanda kawasan tersebut.

Temuan bangkai satwa dilindungi itu dibenarkan oleh Deki, perwakilan Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Mandailing Natal, yang turut terlibat dalam proses evakuasi di lokasi.

Menurut Deki, bangkai orangutan pertama kali terlihat dari bagian tubuh yang muncul di antara material banjir. Awalnya, tim menduga temuan tersebut adalah manusia.

Baca Juga: Dana BTT Bantuan Puting Beliung di Cimpaeun Depok Disoal : Butuh Transparansi, Begini Kronologisnya

“Awalnya yang kelihatan hanya tangannya. Setelah dibongkar, bentuk tangannya sudah berbeda. Ketika dibalik, terlihat bagian punggung masih berwarna oranye, dari situ kami yakin itu orangutan,” ujar Deki, Minggu, 14 Desember 2025.

Bangkai orangutan tersebut ditemukan dalam kondisi mengalami pembusukan, menandakan satwa tersebut telah mati beberapa waktu sebelum ditemukan. Namun, penyebab pasti kematiannya masih belum dapat dipastikan.

Deki menduga, kematian orangutan tersebut berkaitan erat dengan banjir dan longsor di wilayah hulu Sungai Garoga, yang merupakan bagian dari kawasan Hutan Batang Toru, habitat alami orangutan Tapanuli.

Baca Juga: Pengungsi Banjir Garoga Butuh Pakaian Dalam dan Popok

“Bisa jadi terdampak banjir, karena di bagian hulu banyak longsoran. Hutan Batang Toru memang habitat orangutan,” jelasnya.

Ia menambahkan, populasi orangutan di wilayah Tapanuli tergolong sangat terbatas. Berdasarkan data konservasi, jumlah orangutan yang hidup liar di alam Tapanuli diperkirakan hanya sekitar 600 ekor, sehingga setiap kematian menjadi kerugian besar bagi kelestarian satwa tersebut.

Terkait banjir dan longsor yang membawa material kayu dalam jumlah besar serta merusak ekosistem sungai, Deki menilai bencana ini tidak semata disebabkan oleh tingginya curah hujan.

Baca Juga: Korban Banjir Garoga Masih Menunggu Kepastian Perbaikan Rumah 

“Resapan air sudah hampir tidak ada. Ini akibat pembukaan lahan di wilayah hulu, terutama di lereng-lereng curam yang sebenarnya tidak layak dibuka,” tegasnya.

Menurutnya, kebijakan pemberian izin pengelolaan lahan di kawasan hulu perlu dievaluasi, mengingat dampaknya bukan hanya terhadap keselamatan manusia, tetapi juga terhadap kelestarian lingkungan dan satwa liar.

Untuk masyarakat yang ingin berpartisipasi, bantuan dapat disalurkan melalui rekening Bank Mandiri 133-00-3275661-1 atas nama Yayasan Negeri Satu Bangsa.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X