Minggu, 21 Desember 2025

Gugurnya Margonda & Tragedi Gedoran Depok: Begini Kisahnya!

- Rabu, 14 Juni 2023 | 16:00 WIB
suasana Depok jaman dulu
suasana Depok jaman dulu

RADARDEPOK.COM - Usai Proklamasi 17 Agustus 1945 di proklamirkan oleh Soekarno Hatta, orang-orang Depok langsung mengadakan rapat di gedung Ebenezer Depok. Mereka berunding apakah akan bergabung dengan Republik dengan yang baru ini atau tidak.

Depok sendiri pada masa itu adalah sebuah wilayah yang memiliki pemerintahan sendiri, dengan kepala negara seorang Presiden Depok. Menganggap dirinya bukan bagian dari Indonesia karena merasa sudah lebih dulu merdeka pada tahun 1714 atau lebih 200 tahun sebelum Indonesia merdeka.

Sejarah mencatat, Depok sudah memiliki sistem pemerintahan yang berada di bawah naungan pemerintahan kolonial Belanda. Negara Depok itu didirikan oleh seorang tuan tanah Belanda bernama Cornelis Castlen.

Baca Juga: Warga Mekarjaya Borong Juara Duta GenRe Kota Depok

Daerah otonomi Castlen ini dikenal sebagai tanah partikelir Depok dan ternyata pemerintah Belanda di Batavia menyetujui pemerintahan Castlen ini dan menjadikannya sebagai kepala negara Depok yang pertama.

Beberapa bulan sebelum kematiannya Castlen menulis wasiat terakhir yang di peruntukkan bagi keluarga dan budak-budaknya, tidak hanya itu membagikan harta warisan untuk keluarganya Castlen juga memerdekakan seluruh budaknya.

Para budak ini terbagi dalam 12 Marga utama yang kemudian berkembang, yang nantinya dikenal sebagai kaum margickers atau mereka yang dulunya dikenal sebagai Belanda Depok .

Mereka memiliki gaya hidup layaknya orang Eropa dengan menggunakan bahasa Belanda dalalam pergaulan sehari-hari. Para budak yang telah merdeka ini berasal dari berbagai suku yang sebagian menikah dengan orang Belanda dan sudah memiliki darah campuran atau Indo.

Baca Juga: Mario Dandy Ancam David Ozora lewat Ponsel AG, Disebut akan Ditembak

Ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaan mereka pun berunding untuk memutuskan akan bergabung dengan Republik Indonesia atau tetap menjadi daerah otonomi sendiri, dan hasil perundingan tersebut Depok memilih untuk tidak mau bersatu dengan Republik Indonesia.

Penolakan ini kemudian memicu kerusuhan penyerangan dan penjarahan yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Gedoran Depok. Laskar-laskar rakyat yang tergabung dalam TKR menyerbu Depok dan memporak-porandakan daerah otonom tersebut.

Wenri Warhan dalam buku "Gedoran Depok Repolusi sosial di tepi jakarta 1945", 1955 menyebut keluarga orang Belanda atau indo itu diisolasi hidupnya dengan tidak di biarkan membeli bahan kebutuhan pokok.

Pada 9 Oktober 1945, 5 keluarga yang bekerja untuk Belanda di rampok segerombongan orang, esoknya penjarahan besar-besaran terjadi dengan personel penjara yang lebih besar lagi. Tak hanya penjarahan pembunuhan dan pelecehan seksual juga terjadi dalam tragedi ini.

Orang-orang Belanda Depok dianggap sebagai golongan yang memihak Belanda pada tahun 1945, hingga orang-orang ngawur yang mengaku sebagai pejuang Republik menganggap sah jika hidup mereka di sengsarakan.

Baca Juga: Ribuan Pelamar Serbu Lowongan Kerja Taman Safari Bogor

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X