Rumah-rumah mereka di jarah, barang-barang pribadi di rusak, ada yang jendela pintunya di kapak, lantainya di bongkar karena di sangka ada tersimpan harta karun.
Nampaknya Gedoran Depok tidak hanya sekedar kebencian kaum Republikkan kepada Belanda Depok karena menolak bergabung dengan Indonesia, tapi juga merupakan buntut dari kecemburuan sosial masyarakat luas terhadap kehidupan masyarakat Depok yang saat itu sudah hidup mewah.
Masyarakat Depok telah menerapkan gaya hidup kelas atas, gaya hidup masyarakat Eropa yang memicu kecemburuan sosial bagi orang-orang lain dengan bahasa kesehariannya menggunakan bahasa Belanda, sehingga melahirkan sebuah pergolakan masyarakat di luar Depok.
Gedoran Depok terjadi bertepatan dengan sebuah periode yang disebut orang-orang Belanda sebagai masa bersiap. Istilah masa bersiap, merujuk pada seruan bersiap dari pihak Republik ketika ada tentara sekutu atau tentara Belanda yang akan melintas.
Masa ini adalah masa yang kelam penuh dengan tindak kekerasan dan kriminal kekacauan dalam Revolusi Indonesian, termasuk dalam gedoran Depok ini sebenarnya membuat posisi Republik Indonesia terpuruk Dimata dunia .
Baca Juga: Update: 58 Jemaah Haji Meninggal di Tanah Suci, Didominasi Riwayat Penyakit Jantung
Indonesia dianggap tidak becus oleh dunia luar karena tidak menjaga ketertiban umum dan tak mampu mengendalikan orang-orang bersenjata yang kerap bertindak emosional.
Peristiwa Gedoran Depok melibatkan beberapa tokoh pejuang ternama seperti Margonda dan Tole Iskandar.
Margonda adalah pemimpin tentara angkatan muda Republik Indonesia dia berpangkat Letnan muda, sedangkan Tole Iskandar adalah komandan Laskar Rakyat Depok dengan pangkat Letnan dua.
Dalam peristiwa Gedoran Depok peran Margonda cukup sentral, saat itu malam sebelum peristiwa Gedoran Depok terjadi, Margonda sempat menjadi penengah antara Tentara Keamanan Rakyat dengan kaum Belanda Depok.
Dia kemudian berhadapan langsung dengan salah satu pimpinan TKR Urip Sumoharjo. Namun, komunikasi tersebut mentok TKR tetap menilai orang Belanda Depok itu layaknya Belanda atau penjajahan lainnya yang tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia secara secara penuh.
Penyerangan terhadap orang Depok oleh TKR ini kemudian berlanjut, saat itu TKR berhasil mengusir tentara Nica untuk sementara. Margonda menilai peristiwa Gedoran Depok malah membuat para pejuang dan rakyat tercerai-berai. Padahal, seharusnya bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan di tengah cerai berainya pasukan Indonesia.
Baca Juga: IBH All Out Pilkada Depok, Ubedillah Bandrun : Kaesang Jalankan Dinasti Gaya Baru
Tentara Nica kembali menyerbu dan menguasai Depok, pasukan Nica yang datang membonceng sekutu menyerbu Depok untuk membebaskan orang-orang Belanda Depok yang di tawan oleh TKR.
Para pejuang Republik berhasil dipukul dengan kekuatan Nica. Tawanan wanita dan anak-anak Belanda Depok di bebaskan oleh Nica , mereka dibawa ke camp pengungsian di Gedung Halang Bogor. Markas TKR di Depok direbut berubah menjadi markas Nica.