RADARDEPOK.COM – Kesedihan menyelimuti prosesi pemakaman Nahel Merzouk di Masjid Ibn Badis di Nanterre, Prancis, Sabtu (1/7). Ratusan orang datang untuk menyalati Nahel sebelum dimakamkan di pemakaman setempat
Setidaknya ada lebih dari 300 orang yang tidak bisa memasuki masjid karena sudah penuh. Mereka memilih berdoa di luar masjid.
Tidak ada polisi yang berjaga di area masjid. Mereka ditempatkan di jalanan sekitar masjid dan area yang akan dilalui oleh iring-iringan pelayat ke pemakaman. Pihak keluarga menyewa puluhan mediator yang bertindak sebagai penghubung antara masyarakat dan para pejabat setempat.
Baca Juga: The HMS Band Suarakan Bahaya BLBI Gate Lewat Seni Musik
Mereka diminta untuk menjaga ketertiban dan menghentikan siapa pun yang merekam ataupun mengambil foto. Aturan itu juga berlaku untuk para pekerja media. Ibu Nahel, Mounia, ingin prosesi pelepasan putra semata wayangnya tersebut dilakukan dengan khusyuk.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Prancis, Mounia mengungkapkan bahwa dirinya hanya marah kepada petugas kepolisian yang membunuh anaknya. Dia tidak marah pada seluruh jajaran kepolisian.
’’Seorang petugas polisi tidak bisa mengambil senjatanya dan menembaki anak-anak kami, mengambil nyawa anak-anak kami,’’ terang Mounia.
Baca Juga: Mentri BUMN Erick Thohir: Korupsi Waskita Beton Terjadi Jauh Sebelum 2019
Dia mengungkapkan, kalimat terakhir yang diucapkan Nahel di hari kematiannya adalah bahwa dia mencintai sang ibu. Saat itu, mereka keluar rumah di waktu yang sama untuk pergi bekerja. Nahel bekerja menjadi kurir pengantar barang.
’’Dia memeluk dan mencium saya, lalu berkata bahwa dia mencintai saya. Saya katakan kepadanya agar berhati-hati,’’ kenang Mounia. Baginya, Nahel adalah segalanya. ’’Saya hanya memilikinya, dia sahabat terbaik saya, putra saya, dan kami sangat dekat,’’ tambahnya.
Nahel selama ini dikenal sebagai sosok yang baik dan selalu bahagia. Kawan-kawannya menyebut bahwa suasana hati pemuda 17 tahun tersebut hampir selalu bagus. Dia jarang marah atau bersedih.
Baca Juga: Berikut Ini Tarif LRT Jabodebek yang Mulai Beroperasi Agustus 2023
Karena itu, orang-orang di sekelilingnya begitu sedih ketika tahu Nahel meninggal dengan cara mengenaskan. Selasa (27/6) lalu dia ditembak mati oleh polisi karena mobilnya tidak berhenti saat melanggar rambu lalu lintas di Nanterre.
Pemuda keturunan Aljazair dan Maroko itu dibesarkan di area perkebunan bernama Pablo Picasso di Vieux-Pont, Nanterre, pinggiran Kota Paris. Area tersebut menjadi rumah bagi banyak imigran.
Artikel Terkait
Perlintasan Rel Kereta Liar di Depok Bakal Ditutup Permanen Semua, KAI Tunggu Hasil Pertemuan
DKP3 Depok Masih Awasi Kesehatan Hewan Kurban Sampai H+3
Sisa 9 Hari, Parpol di Depok Belum Lengkapi Berkas 699 Bacaleg
Kakak-Adik di Depok yang Dirudapaksa Ayah Tiri Depresi, Arist Merdeka Sirait Bakal Turun Gunung
Kakak Beradik Dirudapaksa Ayah Tiri di Depok, Wakil Walikota Pastikan Korban Dapat Pendampingan