RADARDEPOK.COM - Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) aktif mencermati dinamika politik dan sosial di tanah air. Dalam hal pemberitaan, IJTI mengimbau agar seluruh awak redaksi selalu mengedepankan semangat kebermanfaatan informasi dan turut berperan dalam menjaga kedamaian serta stabilitas keamanan nasional.
Terkait pertikaian dua kelompok massa di Bitung, Sulawesi Utara, IJTI melihat ada unsur SARA yang berpotensi meluas dan bisa berakibat fatal bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Baca Juga: Prakasa Cup 2023 Resmi Dibuka, Diharapkan Lahir Bibit Atlet Menembak Hingga Level Internasional
Ketua Umum IJTI, Herik Kurniawan mengatakan, konflik yang bernuasa SARA harus segera dicegah bersama agar tidak tercipta eskalasi konflik yang besar dan tidak berkesudahan. Bila terjadi, hal tersebut akan sangat merugikan masyarakat.
“Media terutama televisi serta platform audio visual lainnya memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah dan menyelesaikan konflik beraroma SARA,” tegas Herik Kurniawan kepada Radar Depok lewat pernyataan pers, Minggu (26/11).
Herik Kurniawan menyerukan sejumoah poin penting, kepada seluruh anggota IJTI para jurnalis dan para pemangku redaksi terkait pemberitaan konflik yang bernuasa SARA.
“Pertama, dalam pemberitaan kasus kerusuhan bernuansa SARA semua jurnalis televisi/audio visual dan pemangku redaksi/newsroom untuk menggunakan pendekatan jurnalisme positif,” beber Herik Kurniawan.
Selanjutnya, terang Herik Kurniawan, pemberitaan dilakukan secara utuh, akurat, lengkap dengan mempertimbangkan berbagai dampak dari pemberitaan, ikut serta memberikan solusi atas persoalan yang diangkat untuk meredam konflik dan mewujudkan perdamaian.
Baca Juga: Tingkatkan Pemahaman Keuangan Masyarakat Depok, Jawa Pos Gelar Seminar Literasi Keuangan
“Tiga, memegang teguh disiplin verifikasi sebagai panglima tertinggi serta tidak mengamplifikasi konten-konten atau informasi yang beredar di media sosial,” tutur Herik Kurniawan.
Lalu pada butir keempat, jelas Herik Kurniawan, bijak dalam memilih narsumber, yakni yang memahami persoalan secara utuh, bisa memberikan solusi serta mendamaikan situasi, bukan sebaliknya narsum yang provokatif atau hanya sekedar cari sensasi dan tidak solutif.
“Kemudian, tidak mengeksploitasi dan menjadikan isu konflik bernuasa SARA sebagai momen untuk meningkatkan rating, traffic dan gengsi media,” ucap Herik Kurniawan.
Baca Juga: Uang Ganti Kerugian Tol Depok Antasari, Warga Cipayung Terima Rp11,8 Miliar
Terakhir, pemberitaan harus berorientasi pada keutuhan bangsa serta menjaga kebersamaan semua golongan. Herik Kurniawan memambahkan, IJTI Pusat akan terus mengintensifkan diskusi dan monitoring dengan semua pihak terutama para jurnalis televisi dan pemangku redaksi untuk saling mengingatkan, menahan diri serta tidak terpancing menyajikan pemberitaan dan visual konflik bernuansa SARA yang didramatisir.