Perbedaan itu menguntungkan paslon capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Sebab, suara mereka yang sebenarnya hanya 117 mendadak berubah menjadi 617 suara. ”Dilihat dari problemnya, sepertinya Sirekap tidak memiliki fitur error checking dalam sistem entri data,” paparnya.
Seharusnya, fitur error checking ini sangat mudah dimasukkan sistem. Dengan begitu, kesalahan memasukkan data secara sengaja atau tidak sengaja tidak akan terjadi. ”Jika error checking disematkan dalam entri data, sistem akan menolak jika jumlah suara paslon berada di atas jumlah suara sah,” terangnya.
Kubu pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) mulai menginventarisasi dugaan kecurangan Pemilu 2024. Mereka mengklaim mengantongi banyak bukti dan laporan dari berbagai pihak.
Baca Juga: Di TPS Walikota dan Sekda Depok Nyoblos Suara Anies Vs Prabowo Draw, Ini Perolehannya!
Timnas Amin menyebut dugaan kecurangan itu meliputi beberapa kelompok. Pertama, indikasi penggelembungan suara. Berdasar laporan yang diterima, indikasi penggelembungan terjadi di ribuan TPS. Timnas menemukan perbedaan jumlah suara di TPS dengan data real count KPU.
Wakil Ketua Dewan Pakar Timnas Amin Amin Subekti menjelaskan, dari 335 laporan penggelembungan suara yang diterima dan diverifikasi sejauh ini, terdapat perbedaan angka di dalam tabulasi dengan dokumen pendukung C1 hasil yang ada di situs KPU. ”Itu tersebar di 181 (kabupaten) kota dan 36 provinsi,” kata Amin dalam konferensi pers kemarin (15/2).
Dia menegaskan, indikasi penggelembungan suara di ratusan TPS itu tidak hanya terjadi pada satu pasangan calon (paslon). Tapi semua paslon. Namun, proporsi suara yang digelembungkan paling banyak ada di kubu paslon 02. Yakni, 65 persen. Paslon 01 mendapat tambahan 19,6 persen. Kemudian, pasangan nomor urut 3 mendapatkan 15,4 persen.
Pengecekan perbedaan jumlah suara di tabulasi dan dokumen C1 hasil di website resmi KPU itu bisa diakses siapa saja. Dari penelusuran Jawa Pos di situs yang sama, perbedaan jumlah angka masih terjadi hingga tadi malam.
Baca Juga: 5.235 Surat Suara Rusak Pemilu 2024 di Depok Jadi Abu
Di TPS 146 Kalideres, Jakarta Barat, misalnya, jumlah suara paslon 02 di tabulasi menunjukkan angka 794. Sementara di dokumen pendukung C1 hasil menunjukkan angka berbeda. Yakni, 99 suara. Tidak hanya suara paslon 02, angka suara paslon 03 juga berbeda. Di tabulasi, perolehan suara Ganjar-Mahfud tertulis 17. Sementara di dokumen C1 hanya 14.
Dari Jepara, sebuah potongan gambar data Sirekap KPU yang beredar menunjukkan hasil penghitungan di TPS 012 Desa Bringin, Kecamatan Batealit. Data itu menunjukkan bahwa paslon 02 memperoleh suara sah hingga 749. Padahal, jumlah pengguna hak pilih hanya 236 orang.
Anggota KPU Jepara Muhammadun mengatakan, data Sirekap tidak bisa menjadi patokan penghitungan pasti. Dia mengakui ada kesalahan pembacaan oleh sistem. Tim KPU akan mengoreksi kesalahan-kesalahan itu. ”Dari data yang beredar itu tampak ada waktu update-nya. Dan akan dikoreksi secara terus-menerus,” jelas Muhammadun kepada Jawa Pos Radar Kudus.
Kembali ke Jakarta, Ketua Tim Hukum Nasional (THN) Amin Ari Yusuf Amir menambahkan, ada beberapa dugaan kecurangan yang telah dikelompokkan. Mulai klaster surat suara yang tercoblos sebelum surat suara diterima pemilih hingga pengerahan kepala desa untuk mengarahkan KPPS.
Baca Juga: Ketua KNPI Depok Ajak Milenial Jangan Golput, Yuk ke TPS!
”Lalu (klaster kecurangan, Red) pengarahan lansia oleh KPPS, jumlah surat suara yang kurang, penghalangan pemilih di PPLN, manipulasi DPT, lalu upaya menghalangi saksi di TPS dan money politics,” ujarnya.