Akhirnya, secercah harapan muncul di Bukit Tinggi, 215 kilometer dari titik awal perjalanan. Antrean panjang selama satu jam harus dilalui demi mendapatkan BBM. Setelah mengisi penuh tangki, tim kembali melanjutkan perjalanan panjang yang diperkirakan memakan waktu 13 jam dari Medan.
Transit sejenak di Bandara Silangit, Kecamatan Siborong-borong, untuk memetakan titik penjemputan relawan kedua yang akan bergabung dalam misi kemanusiaan. "Kita juga sempat mengecek bandara yang akan disinggahi para dokter dan tim medis lainnya dari Bogor," tambah dia.
Cerita menarik justru dimulai dari Bandara Silangit menuju Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan. Delapan jam lebih perjalanan berliku harus ditempuh. Jalanan berkelok bak menaiki roller coaster, menguji adrenalin dan ketahanan fisik seluruh tim. Serda Dimas, sang pengemudi, dengan cekatan menaklukkan setiap tikungan, bak adegan dalam film Fast and Furious.
Kondisi jalan yang gelap tanpa penerangan, ditambah beberapa titik kerusakan, semakin menambah tantangan. Namun, semangat pantang menyerah terus membara di dada Serda Dimas. Jalan sempit yang hanya bisa dilalui satu kendaraan pun harus dihadapi dengan sabar, mengalah demi kelancaran perjalanan.
"Ngeri emang jalurnya, tetapi supir kita piawai dalam mengendarai kendaraan. Mungkin dia orang sini jadi sudah tahu medannya," aku Iqbal.
Pukul 03.00 WIB dini hari, tim akhirnya tiba di posko PTPN III Batang Toru, Tapanuli Selatan. Kelelahan yang mendera tak mampu mengalahkan semangat untuk segera membantu para korban bencana.
Setelah beristirahat sejenak, tim advance Gerakan Anak Negeri siap mengemban tugas mulia, memberikan harapan di tengah duka Tapanuli Selatan. ***