Baca Juga: Kebakaran TInggi Tuntas, Depok Dapat Mobil Pemadam Tangga 25 Meter
“Kalau kata orang Bedahan, naik angkot atau mobil di Sawangan sih tua di jalan,” canda dia.
Sopir angkot D03 lainnya, Izul, bertutur titik kemacetan muncul karena banyaknya volume kendaraan. Terutama saat berangkat kerja, begitupun pulang kerja.
Baca Juga: Minggu Pamit Ngaji Senin Dicor, Begini Kronologis Lengkap Dua Perempuan Dihabisi di Bekasi
"Sudah jadi makanan sehari-hari," Kata pria berkaos hitam itu.
Laju kendaraan juga tersendat karena adanya aktivitas pengendara lain yang menyeberang atau putar balik. "Tuh salah satu alasan kenapa macet, karena banyak yang asal nyebrang," imbuh dia.
"Kiri ya bang," kata penumpang angkot yang ingin turun.
"BDN ya bu, okedeh," jawab Izul.
Baca Juga: Terduga Pelaku Pembunuhan 2 Perempuan Dicor di Bekasi Utara Dikenal Aktif di Lingkungan
Titik kemacetan, lanjut dia, dari arah Bojongsari menuju Stasiun Depok Baru (Stadebar) yang paling padat itu di Parung Bingung.
"Sering tersendatnya, dari Tugu Batu sampai Parung Bingung," jelas dia.
Selain itu, penyebab lainnya lampu merah. Terdapat lampu merah yang membuat penumpukan kendaraan.
Baca Juga: Tegas, Nuroji : Prabowo Presiden Harga Mati
"Paling kalau di lampu merah padatnya cuma nunggu lampu ijo," kata dia.
Dampak yang paling dirasakan, sambung Izul, yaitu Bahan Bakar Minyak (BBM). Dia harus mengisi bensin tak hanya sekali, bahkan tiga sampai lima kali isi. "Saya bisa tiga sampai lima kali pulang pergi. Kalau diitung-itung ya rugi juga," keluh dia.