RADARDEPOK.COM - Sejarah dapat dijadikan sebagai objek wisata. Salah satunya Musala Al Karomah yang terletak di Situ Jatijajar, Tapos Kota Depok. Musala ini terbilang tua, dan keramat. Malah tempat ibadah ini sebagai bukti perjuangan pahlawan dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
Laporan : Wilda Apriyani, Kota Depok
Senin (23/1) pagi, burung-burung berkicauan bersahutan tat kala menyambut hadirnya sang surya. Bantaran air yang bewarna hijau menambah sahdu Situ Jatijajar, di Kelurahan Jatijajar, Tapos Kota Depok. Memiliki luas sekitar 6,5 hektar membuat langkah kaki tak surut.
Berjalan ratusan meter menyusuri deretan pepohonan yang mengelilingi danau membentuk hutan kecil. Tampak dari kejauhan bangunan berbentuk rumah ibadah berkelir hijau. Ya itu Musala Al Karomah. Setelah menunggu beberapa saat, keluar pengelola Musala Al Karomah, Iwan. Pria itu mengenakan kaos lengan panjang berwarna gelap, dipadukan dengan celana panjang.
Sambil duduk santai di pelataran musala dan memandangi tenangnya air situ. Iwan mengatakan, kisah tempat bersejarah ini yang banyak dikunjungi masyarakat untuk berdoa dan mengenang sejarah.
Dia mengatakan, pada masa lampau. Wilayah ini menjadi tempat persembunyian para raja ketika pasukannya mengalami kekalahan. Tempat ini juga merupakan petilasan para raja dan pejuang dalam upaya mengendalikan usaha memperebutkan sebuah kemerdekaan. "Kepahlawanan mereka dikenal sebagai Babad Tuk, Kali Sunter atau abad tanah leluhur Tapos" jelas dia.
Salah satunya, tempat ini menjadi petilasan Raden Panji Winayasa, sekitar tahun 1625 silam. Sebagai informasi, Raden Panji Wanayasa, merupaka putra Bagus Wanabaya dan cucu Pembayun di Kebayunan Tapos. Sempat berjuang melawan VOC Belanda di tahun 1629, dan menjadi ulama di Jatijajar. Diketahui, putra Panji Wanayasa adalah Lie Suntek alias Santri Bethot, yang notabene salah satu penasehat khusus kerajaan Banten.

Sebelum menjadi sarana ibadah, Iwan menuturkan, bahwa awalnya ini bak bangunan tak terawat dan dikenal dengan sebutan keramat. "Banyak orang yang tidak mau datang. Apalagi untuk berlama-lama di lokasi tersebut," kata dia.
Namun, seiring berjalannya waktu. Akhirnya masyarakat merenovasi keramat tersebut menjadi sarana ibadah yang bisa dimanfaatkan untuk menjalankan perintah Sang Khalik.
Artikel Terkait
P2G: Pemkot Depok Egois, Siswa SDN Pocin 1 Masih Belajar di Sekolah Lain, Ini Pemicunya
Kejari Depok Terima 4.328 Nama Korban First Travel
Pensiunan Polisi Ramaikan Funday Radar Depok
Menyelami Sejarah Tempat Pemakaman Khusus (TPK) Kamboja YLCC : Tombe Makam Setinggi Dua Meter, Tempat Peristir
SRT Korban Pembunuhan di Bukit Cengkeh Depok, Ada Sejumlah Luka Sayatan
Ratusan Warga Jatijajar Geruduk Gudang Lazada Depok, Nuntut Ini