Minggu, 21 Desember 2025

Sepenggal Sejarah Pribumi Sawangan Depok, Nurisan, Kesetiaan Kuda Kesayangan, Sakti Mandraguna : Bagian 2

- Jumat, 29 September 2023 | 12:00 WIB
Lokasi pemakaman Nurisan, yang berada di Jalan Mangga Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan (ALDY RAMA/RADAR DEPOK)
Lokasi pemakaman Nurisan, yang berada di Jalan Mangga Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan (ALDY RAMA/RADAR DEPOK)

RADARDEPOK.COM - Kisah Nurisan, sebagai pribumi Sawangan yang berperan menjadi Pegawai Kepemerintahan Belanda ini tak berhenti begitu saja. Pada masa itu, Nurisan dikenal sebagai sosok yang memiliki power cukup kuat, sehingga diberi kepercayaan sebagai abdi Belanda.

Masih dengan latar belakang tahun 1800. Tolib Sahari, yang merupakan generasi ketiga garis keturunan Nurisan ini, akan kembali menuangkan cerita apa yang ia ketahui soal mendiang kakeknya secara turun temurun tersebut kepada Harian Radar Depok.

Baca Juga: Sepak Bola Jalur Langit, Jelang Piala Dunia U17, Ketua PSSI Mohon Doa Pada Pemuka Ponpes

Dalam episode ini. Harian Radar Depok kembali bertemu dengan Tolib Sahari di kediamannya, di Jalan Mangga III, RT6/2 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan. Kembali berbincang di sofa teras rumahnya, Tolib Sahari bercerita banyak soal mendiang kakeknya.

Tolib Sahari mengetahui betul bagaimana kisah mendiang kakeknya itu, yang menjadi seorang Pegawai Kepemerintahan Belanda, dan digadang-gadang menjadi salah satu pribumi yang memiliki peran penting pada masa penjajahan Belanda kala itu.

Baca Juga: Erick Thohir Rayakan Maulid Nabi Muhammad Bersama Para Santri di Jawa Timur

Berdasarkan cerita yang Tolib Sahari ketahui dari keluarga besarnya. Semasa Nurisan menjadi Pegawai Kepemerintahan Belanda, ia dikenal kerap berpakaian menggunakan jas hitam, celana pangsi, hingga beragam topi salah satunya blangko.

Sifat baik seorang Nurisan begitu melekat di hati masyarakat dan keluarga besarnya, yang dominan tinggal di wilayah Sawangan, Kota Depok.

Bisa dibilang, Nurisan ini begitu mengayomi masyarakat hingga dicintai banyak orang. Karena kan waktu itu jabatannya cukup mentereng, ya bisa dibilang setara camat lah, sering juga blusuk-blusukan ketemu masyarakat jadinya,” tutur pria berusia 90 tahun tersebut.

Baca Juga: LSI Denny JA : Prabowo Subianto dan Partai Gerindra Unggul di Jawa Barat, Ini Respon Pradi Supriatna

Tahun demi tahun berlalu. Singkat cerita, di saat jabatan mentereng itu masih ia genggam. Nurisan lebih dulu dipanggil yang maha kuasa. Ia meninggal dunia tanpa diketahui penyebabnya, lantaran di tahun itu belum ada dokter atau spesialis kesehatan lainnya.

Diceritakan oleh Tolib Sahari, Nurisan meninggal dunia di atas kuda berwarna hitam yang ia ajak berbelanja ke pasar. Tepatnya, Nurisan meninggal dunia di wilayah Cilebut, Bojong Gede, usai berbelanja di pasar kawasan Bogor.

Baca Juga: Jans Park, Tempat Wisata Baru yang bikin Sobat Depok Serasa di Negeri Dongeng, ada Seluncuran Raksasa

Sementara, kuda yang menemani Nurisan pulang dengan sendirinya untuk memberi kabar. Kemudian, pihak keluarga yang ada di Pasir Putih bergegas untuk mencari tahu apa yang terjadi kepada Nurisan, dengan menunggangi kuda milik Nurisan untuk mencarinya.

Sontak pihak keluarga kaget. Pasalnya setelah sampai di lokasi, Nurisan ditemukan sudah tidak bernapas alias meninggal dunia. Sehingga, pihak keluarga memilih untuk memakamkan almarhum berdekatan dengan rumah sanak keluarga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X