Istri dan anak saya Adam menggigil luar biasa, “ Yah dingin banget yah,” kata Adam berulang kali. Berkali kali pula saya peluk Adam untuk menghangatkan dan memastikan emergency blangket dan sleeping bag emergency tertutup rapat.
Tapi melihat Rama, dia tertidur tenang membuat saya khawatir kalau ada apa apa dengan Rama. “Ade…ade…ade bangun de,” kata saya memastikan anak saya tidak apa apa. “Ada apa yah,” sahut ade. “Kamu dingin ga de,” kata saya. “engga yah,” jawab ade. “ya udah istirahat aja dulu, sampe matahari terbit,” kata saya.
Saya sendiri saat itu tidak bisa tidur karena menggigil luar biasa menahan dingin. Melihat jam tangan waktu masih menunjukan pukul 3:30 WITA, saya liat thermometer menunjukan angka 4 derajat celcius dengan ketinggian 3150 Mdpl. Saya berusaha tidur, tapi tidak bisa karena dingin yang menusuk tulang.
Beberapa kali jam tangan saya liat, masih pukul 4:00, “satu jam lagi untuk melihat matahari terbit,” dalam hati saya.
Saya coba tidur, tapi tidak bisa. Tidak lama kemudian, dalam keadaan kantuk dan dingin, terdengar samar samar suara adzan subuh yang berasal dari smartphone pendaki lain yang menyusul. “Alhamdulillah,” dalam hati saya.
Saya langsung ambil tayamum, kemudian melakukan salat subuh dalam keadaan meringkuk. “Sah atau tidak solat gw, yang penting gw solat,” dalam hati saya. Usai salat subuh saya berdoa.
“Ya allah berikan kekuatan , kemudahan kepada keluarga saya untuk mencapai puncak Semeru. Tidak ada niat saya untuk membanggakan dan menyombongkan diri mencapai puncak, saya hanya ingin melihat kekuasaan mu ya Allah. Berikan lah hamba dan keluarga kekuatan ya allah, jauhkan hamba dan keluarga beserta sahabat sahabat hamba dari marabahayamu ya allah,” doa saya sambil meneteskan air mata.
Usai salat subuh, saya mengecek denyut nadi seluruh keluarga saya. Pertama Adam karena bersebelahan dengan saya. Denyut nadinya normal, tidak menggigil seperti pertama kali istirahat.
Istri saya dan anak saya Rama juga denyut nadinya normal. Saya mencoba menghangatkan badan dengan segelas teh manis hangat dan sebatang rokok. (bersambung)
Artikel Terkait
Tantangan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga -1-Kabar Kebakaran Hutan di Kalimati yang Membuat Cemas
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga Menikmati Indahnya Ranu Kumbolo dan Oro Oro Ombo
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga (4) : Istri Mendadak Datang Bulan Nyaris Menyerah dan Menjadi Keluarga Berdiri Paling Tinggi di Pulau Jawa
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga (5) : Salah Jalur, Masuk ke Jalur Kematian Blank 75
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga (6-Habis) : Kalau “Mereka” Sudah Suka Sama Kalian, Maka Kalian Tidak Akan Pernah Kembali