“A coba tiup peluit kamu,” kata saya ke Adam yang sudah disiapkan kalung peluit.
“Priiiiiiittt…Priiiiittttt,” “Baaaaangg….baaaaang,” teriak pendaki.
“itu suaranya Oleng bun,” kata saya.
“Oleeeeng….oleeeeeng….jalurnya kekiri leng jangan lurus,” teriak saya ke Oleng.
Tidak lama kemudian oleng muncul dengan nafas yang tersengal sengal.
“Gila bang lu cepet banget jalannya, sepanjang jalan gw teriakin. Emang abang kaga denger apa,” ketus Oleng.
“Gw jalan santai leng, malah sempet istirahat agak lama, sumpah Leng kaga denger gw, klo denger juga gw pasti nyaut,” jawab saya.
“Lu masuk blank 75 bang, gw disuruh sama Bang Arlan jemput lu, si Idoy nunggu di atas. Bang Arlan panik klo lu masuk blank 75,” kata Oleng.
“Gw sadar klo masuk blank 75 setelah liat nisan bro,” sahut gw.
Setelah istirahat dan memastikan jalurnya sudah benar. Kami melanjutkan perjalanan, beberapa meter dari tempat kami istirahat, jalur kembali buntu.
“Kayanya kearah kiri leng, bentar gw cek dulu,” kata saya. Saya mencoba ngecek kearah kiri, jalurnya sedikit mendaki, kemudian belok kanan.
“Alhamdulillah akhirnya kita menemukan jalur yang semalam kita lewatin,” dalam hati saya.
Saya kembali turun, dan menuntun keluarga saya untuk kembali ke jalur yang benar. Setelah masuk jalur yang benar, kami ketemu dengan rombongan pendaki asal Surabaya yang sama sama ke Puncak.
“Mas, gila masuk blank 75, saya sudah lapor ke bawah melalui HT, tapi dilarang sama temen mas yang make jaket biru ( Arlan),” kata salah satu pendaki.
“Sekarang Arlan kemana,” Tanya saya kependaki yang belum saya kenal itu.
“Dia nyari abang keatas lagi,” katanya.
“okeh nanti juga turun,” kata saya.
Saya dan keluarga bersama Oleng melanjutkan perjalanan turun menuju pos Kalimati. Setibanya di Pos Kalimati, Kopdar yang sedari malam di Pos sendirian sudah menyiapkan kudapan dan makan siang. Di Bawah pohon cemara belakang pos Kalimati kami rehat sambil menunggu Arlan dan Idoy yang masih mencari saya.
Tidak lama kemudian Arlan muncul. “Edaaaan deg degan aink brooooo, lu masuk blank 75. Sport jantung gw gelooo,” kata Arlan.
“Leng lu jemput Idoy di atas suruh turun,” perintah Arlan ke Oleng.
Artikel Terkait
Tantangan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga -1-Kabar Kebakaran Hutan di Kalimati yang Membuat Cemas
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga Menikmati Indahnya Ranu Kumbolo dan Oro Oro Ombo
Tantangan dan hambatan Pendakian Gunung Semeru 3, Menembus Kabakaran Hutan Kalimati dan Ancaman Hipotermia
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga 4, Istri Mendadak Datang Bulan Nyaris Menye
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga (6-Habis) : Kalau “Mereka” Sudah Suka Sama Kalian, Maka Kalian Tidak Akan Pernah Kembali