RADARDEPOK.COM - Petilasan yang terletak di areal Sumur 7 Raden Wujud Beji, Kampung Keramat Beji, RT9/12, Kelurahan/Kecamatan Beji, Kota Depok, menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat di berbagai wilayah. Tak sedikit masyarakat yang menyambangi bangunan berukuran sekitar 60 meter persegi tersebut untuk berziarah, memanjatkan doa berdasarkan panggilan hati.
Sumur Raden Wujud Beji yang dibangun oleh Raden Surorono pada tahun 788 masih eksis hingga saat ini. Nyatanya, masih banyak masyarakat dari berbagai wilayah yang menyambangi sumur untuk mensejahterakan masyarakat kala itu.
Baca Juga: Tiga Maling Cilik Boyong Jemuran di Pasir Putih Kota Depok, Ujung-ujungnya Dibalikin Juga
Petilasan yang berada di areal Sumur 7 Raden Wujud Beji, menjadi salah satu tempat sakral yang biasa dikunjungi oleh masyarakat. Melakukan ziarah dan berdoa untuk para leluhurnya. Pernyataan itu kembali diungkapkan oleh Suryono, yang mewakili juru kunci Sumur 7 Raden Wujud Beji kepada Harian Radar Depok.
“Ya kalau yang hadir banyak dari luar ya, berziarah ke sini (Petilasan), berdoa untuk para leluhurnya,” beber Suryono.
Sebelum memasuki areal Sumur 7 Raden Wujud Beji, biasanya Suryono selalu mengarahkan para pengunjung lebih dulu ke petilasan. Meminta izin sekaligus memberikan kesempatan kepada mereka untuk memanjatkan doa kepada para pendahulu.
“Mereka (Masyarakat) yang datang Sumur 7 Raden Wujud Beji, pasti akan kami arahkan ke sini (Petilasan) dulu. Tapi yang perlu digaris bawahi, di sini bukan tempat untuk meminta. Tetapi di sini tempatnya berdoa, mengirim doa untuk para almarhum. Dikirimkan untuk mendapatkan syafaat,” jelas Suryono.
Sejak dulu. Raden Wujud Beji selaku penyebar Agama Islam memberikan contoh baik kepada masyarakat untuk tidak melenceng dari syariat Agama Islam, dan hal itu dipegang teguh hingga saat ini oleh warga setempat.
“Kami selalu mengarahkan masyarakat yang berkunjung ke sini, jangan sampai keluar dari syariat islam. Karena bimbingan dari Mbah Raden Wujud Beji sendiri, syariat islam itu harus dijaga. Jangan sampai melenceng, dengan meminta hal yang tidak-tidak di petilasan ini,” tutur Suryono.
Masyarakat yang datang ke Sumur 7 Raden Wujud Beji datang silih berganti, berdasarkan panggilan hati. Karena, tidak pernah ada undangan kepada masyarakat untuk datang ke Sumur 7 Raden Wujud Beji tersebut.
“Kami enggak pernah manggil mereka. Semuanya berdasarkan panggilan hati mereka sendiri yang hadir disini. Biasanya, di sini rutinitasnya tuh pada malam Jumat Kliwon dan malam Selasa Kliwon,” demikian Suryono menandaskan. ***